Ahok harus salah dan tidak gentle! Itulah suara-suara yang nyaring diteriakkan oleh tetangga sebelah. Sudah niat maju lewat jalur independen kenapa juga masih mendekati partai politik. Kalau Yusril sebagai ketua umum partai, atau Lulung dan Sandiaga yang juga tercatat kader parpol tertentu sibuk ngalor ngidul mendaftarkan diri mengikuti penjaringan partai lain, itu tidak masalah, rapopo. Pokoknya asal jangan Ahok saja. Gak boleh kalau dia yang cari dukungan seperti itu.
Lucu. Itulah satu kata yang hanya bisa diucapkan menanggapi hal tersebut. Dalam perhelatan politik termasuk pilkada, seorang kandidat melakukan safari untuk mencari dukungan dari berbagai elemen tidak ada larangannya. Semakin banyak dukungan yang didapat, peluang memenangkannya pun akan jadi lebih besar. Apalagi Ahok yang maju lewat independen dan sepertinya akan dikeroyok oleh beberapa parpol.
Gubernur DKI ini juga sudah berpikir panjang. Bukan hanya semata memenangkan pertarungan di Pilgub saja, tapi kesinambungan dalam menjalankan roda pemerintahan telah masuk agendanya pula. Berkaca dari hubungan yang tidak begitu harmonis antara eksekutif dan legislatif di masa pemerintahannya saat ini, dukungan parpol diperlukan nantinya. Andai bisa merangkul parpol sebanyak mungkin yang mendukung, hubungan antar parlemen dan pemprov DKI pun bisa berjalan baik.
Isu mundurnya Heru sebagai cawagub telah disambut gegap gempita oleh tetangga sebelah. Bila Heru mundur otomatis KTP yang terkumpul pun akan hangus dan berakibat gagalnya Ahok maju di pilgub. Namun hal itu tidak berlangsung lama dan berakhir uring-uringan ketika Ahok menyatakan bila Heru mundur akan kembali ke pacar lamanya. Ucapan spontan ini pun membuat para tetangga jadi limbung. Semula sudah riang gembira, menari, menyanyi, berdansa sambil pesta bir bersama, berubah seakan menjadi mala petaka. Kekhawatiran bahwa Ahok akan diusung oleh PDIP dengan memasangkan kembali bersama Djarot, semakin membuat tipis harapannya menyingkirkan sang petahana.
Untuk memberikan semangat dan hiburan bagi para tetangga agar tidak menjadi loyo dan uring-uringan, maka penulis akan beberkan sedikit bocoran. Info yang sebenarnya masih akan penulis simpan, biar Kompasiana tetap ramai dengan perdebatan masalah ini. Hanya saja karena tidak tega melihat kegelisahan para tetangga, maka dengan terpaksa akan penulis bocorkan sedikit saja.
Kedekatan antara Megawati dan Ahok tidak bisa dipungkiri lagi, tidak beda halnya dengan Jokowi. Guyonan-guyonan Mega terhadap Jokowi dan Ahok dalam berbicara, itu menunjukkan bahwa kecintaan ketua umum PDIP terhadap mereka berdua. Seperti umum sudah mengetahui karakter Megawati, bila dia sudah tidak suka dengan seseorang, akan malah didiamkan saja dan hanya diawasi. Namun perlakuan berbeda kepada "anak-anak" kesayangannya ini. Guyonan kadang dilakukan untuk menyentil namun dalam suasana penuh keakraban. Misalnya saat acara peluncuran bukunya dan mengatakan Ahok harus gentle dan disambut tawa undangan yang datang.
Dalam pilgub mendatang, sebenarnya gamblang untuk ditebak kemana arah dukungan partai pemenang pemilu ini. Walau sedikit dibumbui intrik-intrik sebagai pemanasan, namun akhirnya pacar lama akan bersatu lagi. Ahok akan kembali mesra dengan Megawati. Kita bisa lihat ketika perselisihan antara DPRD dengan Gubernur DKI dan saat ini ada isu lagi soal HMP, partai ini tidak pernah ikut-ikutan.
Plan A dan plan B juga sudah dipersiapkan oleh PDIP untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam pilgub DKI 2017 ini. Skenario pertama mengusung kembali pasangan Ahok-Djarot dan yang kedua tetap mempertahankan majunya Ahok-Heru. Untuk skenario pertama, ini akan dilakukan bila Heru mengundurkan diri atau verifikasi KTP tidak lolos di KPUD. PDIP akan mengambil alih sebagai partai pengusung Ahok-Djarot. Selanjutnya skenario kedua, tetap mempertahankan pasangan Ahok-Heru, dengan catatan gubernur DKI tersebut nantinya akan masuk menjadi kader PDIP menyusul "sang kakak" yang sekarang jadi presiden.
Walaupun Ahok-Heru tetap akan diusung relawannya melalui jalur independen, PDIP tentunya juga bakal mendukungnya karena status Ahok yang sudah menjadi kader partai tersebut. Kemungkinan menang di PIlgub pun menjadi semakin besar dengan adanya sokongan relawan dan ditambah parpol pendukung. PDIP pun diuntungkan karena kadernya terpilih menduduki periode kedua jabatannya.
Bagi komunitas relawan yang tergabung dalam "Teman Ahok", dengan tetap bisa mengusung pasangan Ahok-Heru lewat jalur independen yang menjadi tujuannya pun tercapai. Win-win solution. Masalah statusnya yang sudah menjadi kader PDIP pun tidak menjadi soal karena terpenting adalah menggolkan Ahok menang di pilkada. Mereka juga tetap percaya walaupun Ahok terdaftar sebagai kader PDIP, tapi tidak akan begitu mudah disetir oleh kepentingan parpolnya. Hal sama telah ditunjukkan oleh Jokowi.
Inilah bocoran A1 yang terpaksa penulis bagikan karena tidak tega juga melihat jiwa-jiwa tetangga sebelah yang mulai goyah dan uring-uringan. Bukan hanya di Kompasiana saja, tapi terdengar hari ini beberapa kelompok sudah mulai lagi memaksakan kehendak dengan melakukan demo di depan KPK dan menuntut agar menangkap Ahok. Semoga info ini bermanfaat dan bisa sedikit menghibur untuk meredam suasana sekaligus sebagai pelipur lara. Amin