biergarten dipinggir sungai..foto.elde
Kalau ada Hari Ibu, rasanya tidak akan komplit tanpa Hari Ayah. Selain tentunya bisa bikin cemburu bapak-bapak, keadilan perlu juga diterapkan. Itulah yang terjadi di Jerman yang setiap tahunnya merayakan Hari Ayah sebagai penghormatan peran kaum laki-laki khususnya bapak-bapak di keluarga, dan selalu diperingati berbarengan mengikuti perayaan hari Kenaikan Isa Almasih yang menjadi hari libur.
Peringatan ini tidak tetap tanggalnya seperti juga dengan Hari Ibu yang selalu diperingati pada minggu kedua di bulan Mei. Hal berbeda bila dibandingkan dengan Indonesia yang sudah ditetapkan tanggal peringatannya setiap 22 Desember.
lukisan diatas kertas bingkisan dari si bungsu...foto.elde
Di keluarga kami, perayaan Hari Ayah ini pastinya juga tidak akan dilewatkan. Bukan dengan pesta hura-hura tapi sekedar bentuk respect pada peran seorang suami dan bapak pada keluarganya. Ketika bangun pagi anak-anak dan istri berdatangan cipika cipiki mengucapkan selamat lalu memberikan bingkisan kecil sebagai tanda terimakasih. Ada perasaan terharu saat menerimanya. Bukan masalah nilai dari hadiah tersebut, tapi lebih dengan perhatian yang mereka berikan dalam menghormati suami dan juga seorang ayah yang baik hati juga tidak sombong, selain juga gemar menabung ini.
ikan bakar dan penuhnya parkir sepeda...foto.elde
Kamis kemarin, bagi seorang ayah adalah hal istimewa karena bertepatan hari libur, selain dibebaskan dari segala kegiatan rutin setiap harinya serta juga dimanjakan. Segala keinginan akan dituruti asal jangan minta kawin lagi saja. Keinginan yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Kebetulan hari itu cuaca sedikit cerah di musim semi ini dengan kehangatan sinar matahari sekitar 20 derajat. Waktu yang tepat untuk melakukan jalan-jalan sambil bersepeda. Saya pun memilih acara ngonthel ke tempat yang biasa dijadikan pertemuan bapak-bapak dan kaum lelaki di Hari Ayah. Apalagi kalau bukan Bier Garten.
suasana rame di biergarten...foto.elde
Bier Garten dalam terjemahan bebas adalah taman bir, semacam restauran terbuka di bawah pohon-pohon kastanya yang berdaun rindang dan menjadi salah satu tradisi tempat bertemu masyarakat negara bagian Bayern, Jerman. Keunikan dari tempat ini selain sebagi ajang kumpul-kumpul, pengunjung pun diperbolehkan membawa makanan sendiri. Hanya khusus untuk minuman diharuskan membeli di tempat tersebut. Minuman yang tersedia tidak hanya bir yang segar dari gentong-gentong kayu tempat penyimpanan, tapi juga minuman non alkohol. Makanan yang ditawarkan kebanyakan juga khas daerah tersebut.
antrian didepan restauran terbuka...foto.elde