Tak terasa bulan puasa tinggal sebentar lagi. Beberapa negara termasuk Indonesia sudah menetapkan hari kemenangan bagi umat muslim untuk dirayakan. Kemenangan bagi yang telah berhasil mengalahkan hawa nafsu manusiawi. Walau di Indonesia diperkirakan akan ada lagi perbedaan jatuhnya hari lebaran antara tanggal 17 dan 18 juli, namun tidak mengurangi makna hari besar Idul Fitri sendiri.
Beruntunglah bagi teman-teman di tanah air yang bisa merayakannya ditengah sanak keluarga untuk berkumpul bersama. Saling berkunjung untuk silaturahmi dan memaafkan di hari yang fitri. Suasana yang pastinya begitu menyenangkan apalagi jika ditemani oleh berbagai macam masakan khas lebaran. Ketupat, opor ayam, sambal goreng hati dan kerupuk yang tersaji, menanti untuk dinikmati.
Jika membayangkan hal tersebut membuat perasaan ini menjadi bercampur aduk. Antara sedih dan kangen bergemuruh, untungnya saja tidak sampai mewek-mewek. Sebagai orang yang bermukim di suatu negara dengan mayoritas berpenduduk non muslim dan tidak mengenal hari lebaran, merasakan suasana tidak berbeda seperti hari-hari biasa. Sepi tanpa terdengar bunyi mercon.
Mirip yang dikatakan Bang Toyib, sudah 2 lebaran ini saya tidak pulang mudik. Tahun kemarin dan sekarang, terakhir tahun 2013. Ketika 2014 liburan ke Indonesia, lebaran sudah lewat. Inilah resiko jika hidup di luar negeri seperti Jerman. Perbedaan hitungan penanggalan hijriah dengan kalender masehi, membuat hari lebaran tidak selalu jatuh di bulan sama. Ini menjadi kendala karena musim liburan anak sekolah atau disebut liburan musim panas, di wilayah negara bagian Bayern dimulai bulan agustus selama 6 minggu.
Ketika dulu anak2 masih di usia taman kanak-kanak, untuk mengambil liburan sewaktu-waktu tidak menjadi masalah. Namun sejak menginjak di tingkat sekolah dasar, liburan panjang harus disesuaikan dengan aturan sekolah. Apabila hanya mengambil libur 1-2 hari karena alasan merayakan hari besar keagamaan, bisa mendapatkan pengecualiannya. Beberapa sekolah membolehkan anak didiknya untuk tidak masuk mengikuti pelajaran.
Lain sekolah lain pula di tempat kerja. Sejak permulaan tahun para pekerja diharuskan sudah merencanakan liburannya yang dimiliki sekitar 24-30 hari kerja. Ini untuk mengantipasi pengaturan dan penempatan bagi perusahaan agar tidak ada kekosongan di tempat kerja. Perencanaan liburan inipun tidak selalu bisa diberikan jika berbenturan dengan pekerja lain yang menyebabkan minimnya tenaga kerja.
Ketika lebaran di Indonesia dan ada perbedaan pada hari merayakannya, kadang sedikit merepotkan juga. Dari beberapa keluarga sebagian mengikuti Muhammadiyah dan lainnya condong ke NU. Lebaran pun jadi 2 kali tapi sholat ied cukup sekali. Karena tinggal di Jogja yang kebanyakan merayakannya di hari pertama, maka ikut juga bareng yang ini. Di hari yang sama ketika mengunjungi salah satu kerabat yang tinggal di wilayah Bantul, ternyata mereka masih melakukan puasa dan malah pada tidur...hehhehe.
Begitu juga sebaliknya, di tahun lainnya mencoba mengikuti lebaran yang belakangan. Nah..yang ini malah bikin ngences saja. Di lingkungan rumah, sebagian keluarga dan tetangga sudah mulai merayakan dengan salam-salaman sambil makan minum dan ngrokok, kitanya masih berpuasa. Untuk menghindari pemandangan ini lebih baik memilih untuk nglelayap tidak di rumah.
Walaupun ada perbedaan dalam merayakan harinya, namun tidak mengurangi keakraban dalam menjalankan silaturahmi. Hubungan antar keluarga tetap terjalin baik dan juga yang tidak kalah pentingnya bisa makan ketupat opor ayam bareng-bareng....Suasana yang bikin kangen...di tahun kedua kalinya ini tidak bisa menikmati dan hanya bisa membayangkan saja sambil ngences...hiks.
Selamat menyambut hari Lebaran bagi rekan-rekan yang merayakannya...Mohon maaf lahir dan bathin