Di Indonesia pasar loak sudah menjadi pemandangan sehari-hari yang bisa ditemukan setiap saat. Berbeda dengan yang ada di Jerman, misalnya di kota München yang hanya dilakukan pada waktu tertentu saja. Itupun tergantung pada musim dan terkait event tertentu, jika musim dingin biasanya dilakukan ditempat tertutup dan dagangan yang dijualnya juga masih berkaitan dengan musim tersebut. Hanya pada musim semi dan panas akan dilakukan di lapangan terbuka. Berbagai organisasi atau yayasan sebagai penyelenggaranya.
Bagi peserta kebanyakan, materi bukan tujuan utama tapi sekedar untuk "membuangnya" daripada barang menumpuk di rumah. Selain itu guna memberikan kesempatan bagi orang-orang yang kurang mampu untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Sehingga harga jualnyapun sangat berbeda jauh sekali bila dibandingkan sewaktu membelinya dulu di toko, atau dengan kata lain semacam ajang bazar pasar murah. Namun di acara seperti ini, banyak juga yang menggunakan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan lebih. Mereka adalah pedagang yang sudah profesional. Membeli dari pasar loak tempat lain dan dijual lagi.
Di sekolah pun juga diadakan pasar loak yang waktunya menjelang kenaikan kelas. Hanya saja dikhususkan bagi anak-anak dan tidak untuk umum. Mereka diperbolehkan menjual buku atau mainan yang sudah tidak dibutuhkan lagi dan bisa digunakan oleh adik-adik kelasnya. Tentunya barang yang masih terawat baik dan dengan harga murah meriah.
Kebetulan minggu kemarin didekat tempat tinggal ada suatu yayasan yang menyelenggarakan event ini. Anak-anak pun antusias untuk ikut berpartisipasi. Beberapa hari sebelumnya sudah memilah barang-barang yang tidak diperlukan lagi dan akan dijualnya. Ada buku, mainan, lego, sepatu roda, sepatu es dsbnya. Sebelumnya barang-barang ini biasanya diberikan pada anak tetangga atau teman, tapi ditolaknya karena mereka sudah memiliki. Hanya pakaian saja yang masih diterima. Jadi sayang juga kalau dibuang atau hanya menumpuk di gudang saja.
Sebagai ayah yang baik hati dan tidak sombong, saya pun ikut membantu mengemasi barang tersebut dan mengantarkan anak-anak ke pasar loak. Setelah semua tertata rapi dan membayar biaya restribusi 3 euro, juga memberikan bekal uang recehan untuk kembalian, lalu saya serahkan anak-anak untuk mengurusinya. Menjadi sebuah kenikmatan dan kesenangan tersendiri bagi mereka yang berperan sebagai penjual. Setelah sekitar 3 jam dirasa cukup dari jam 09-12.00, kami pun mengemasi dan membawa kembali barang yang tidak laku. Si kecil dengan bangga mengatakan mengantongi 28 € dari hasil jualannya dan kakaknya sedikit iri karena hanya mendapat 6 € saja. Namun lumayan juga buat menambah uang saku mereka.
Dari kegiatan semacam ini banyak pelajaran yang bisa dipetik bagi anak-anak. Diantaranya,
- anak akan lebih bisa menghargai dan merawat barang yang dimiliki karena nantinya bermanfaat bagi orang lain dan masih bernilai jual.
- melatih anak lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang-orang.
- anak dilatih untuk hidup berhemat dan tidak ngawur membelanjakan uang sakunya.
- ada rasa empati pada kalangan anak-anak tidak mampu