Lihat ke Halaman Asli

Gejolak Hati

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

untuk setitik embun yang masih tersisa
pada patahan pucuk sansieveira muda.
usah candai sebilur sinar,
disebalik rumput liar enggan berkembang.

biar angin membawamu nanti
pergi,.. hingga kembali.

untuk kupu-kupu putih disudut batu
pinjami aku warnamu,.
telah bosan aku,. berkamuflase pada hitam
yang menguasai ruangku semalam tadi.

sekepal hati.
ku katakan biru pada semua orang.

untuk seringai angin yang mendesau pelan
sama halnya, akupun risau.
tapi cobalah untuk sedikit tenang dipagi ini.

untuk barisan-barisan kalimat milik tetangga.
pernah kubaca beragam makna,
tapi sedikit kiasmu menuai curiga.
pada pagi aku tersenyum
perih memang,.

aku cemburu.

: untukmu pagi,
nikmati waktumu bersama nafas-nafas yang mengakui udara.
rasaku,.. masih hidup.

: untukmu hati
usah kau rasai tentang kelam,
bersama ikhlasmu dia akan kembali
seiring waktu.

akan kembali
bersama waktu yang terpilih.

rasa itu,.. ternyata hidup.
tapi tak pernah kusadari.

pagi mengingatkanku.


_fm_




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline