Lihat ke Halaman Asli

“Le!!! Seng Bener Iku Panakawan Bukan Punakawan” Kata Semar, dalam Mimpiku

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat sedang tidur, Semar hadir ke mimpi saya. Dia menegur bahwa selama ini saya salah menulis nama Punakawan, seharusnya adalah Panakawan. “Sepurane mbah semar salah nulis”. Pana itu menerangi, sedangkan Kawan adalah teman. Sehingga Panakawan itu adalah kawan yang menerangi majikan.

Jika di kontekskan secara personal, kawan yang menerangi diri kita sebagai majikan. Pana adalah dialektik diri kita antara id, ego, super ego menurut mbah singmun freud. Sedangkan majian adalah diri kita sendiri sebagai manusia.

Sementara jika kita menempatkan Panakawan lebih luas ke dimensi masyarakat, bangsa dan Negara. Makna kawan yang menerangi majikan bisa bermacam-macam. Pada sudut pandang dakwah, kawan yang menerangi adalah para ulama, para kiayi atau apapun sebutannya; orang-orang yang memiliki penegetahuan keagamaan. Sedangkan majikannya adalah umat. Sehingga ulama yang baik, ulama yang benar selalu menerangi umatnya untuk menuju kemaslahatan dunia-akhirat.

Dalam sudut pandang pendidikan, Pana adalah para guru yang dengan ikhlas mengajar untuk mencerdaskan bangsa, sementara majikannya ialah para murid. Guru yang baik akan selalu sabar membimbing muridnya sampai dia bisa mandiri untuk membimbing dirinya sendiri.

Konteks social politik, para politisi adalah pana, angota dewan adalah pana, presiden adalah pana. Yang menerangi rakyat sebagai majikannya. Jika engkau belum merasa diterangi kehidupanmuoleh mereka yang memiliki kekuasaan. Maka terangilah hidupmu sendiri dengan keimanan dan ketaqwaanmu kepada Allah, jadilah dirimu sebagai lentera untuk lingkunganmu, masyarakatmu. Jika engakau tidak bisa sendirian, buatlah barisan, agar sinarmu tidak redup ditengah-tengah kedoliman. Semoga pana yang ada dalam dirimu, bisa menerangi para politisi kita, angota dewan kita, untuk menyadarkan mereka menjadi Pana bukan majikan.

Matur suwon mbah semar, sudah mampir ke mimpi saya, dan menjelaskan arti dari Panakawan. Kapan-kapan mampir lagi ya… hahohuha….

Selesai…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline