Lihat ke Halaman Asli

Ketika Serial Grey dan Jingga Selesai

Diperbarui: 5 Desember 2015   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1391565952774625406

 

[caption id="attachment_320471" align="aligncenter" width="240" caption="Diambil dari Facebooknya mas Sweeta Kartika "][/caption]

Cinta itu menumbuhkan keberanian untuk memiliki dan melepaskan

Cinta itu mengakar dan sulit disamarkan

Cinta itu apa adanya

Cinta itu penuh cerita ... dan Cinta mempersenyawakan dua hati :)

 

Agis agak merinding ketika selesai membaca halaman terakhir Grey & Jingga. Walaupun endingnya digantung :( karena menyerahkan kepada pembaca bagaimana akhirnya cerita tersebut. Sebagaimana hidup, kita bisa memilih bagaimana kita melanjutkan hidup. Berkaca dengan Grey & Jingga, mereka berdua selalu diberikan banyak pilihan dalam hidup ini, hanya saja gamang seperti manusia kebanyakan. Melangkah keluar kamarnya yang sesak oleh fotocopy-an tugas akhir dan jurnal. Memandang langit yang biru sesesekali dilewati awan. Dia dengan tenang menata hatinya ingin melakukan sesuatu. Menuduk khidmad dan berdo'a "kuatkanlah aku Ya Alloh". Lalu berlari menyambar sepeda dan segera bergegas menuju suatu tempat "Haris aku pinjam sepedamu ya"

"Eh Gis, aku mau pake nih -_- "

Dengan kecepatan tinggi, tanpa berkedip Agis melaju di atas aspal panas. Suara ban sepeda yang baru diganti, bising bagai rumah tawon. Tanda cengkraman yang kuat dalam kecepatan maksimal. Memorinya dengan cepat kembali ke ingatan-ingatannya yang dahulu. Ketika seorang gadis yang mengirimkan sinyal cinta kepadanya. Namun tidak ia tanggapi serius karena dia adalah wanita cantik yang dipuja banyak pria di kampusnya. Kecepatan sepedanya yang tinggi memacu cuplikan-cuplikan ingatannya yang statis menjadi cuplikan-cuplikan ingatan yang secara cepat. Membuat hatinya mantab dan terbakar untuk bertemu dengan gadis tersebut.

Halangan dijalanan serasa berubah menjadi medan pertempuran perang dunia kedua. Rentetan peluru dan teriakan kesakitan mereka yang tertembus peluru. Agis, tak sedetikpun mengurangi kecepatannya, menembus trafficlight, bagaikan aksi di film premium rush. Ledakan demi ledakan disamping kanan dan kirinya, kendaraan-kendaraan serasa ingin menjatuhkan dan menabraknya. Menambah heroisme dalam diri Agis untuk menyampaikan pesan hatinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline