Lihat ke Halaman Asli

Kesetiaan Diuji di Saat Pasangan Sedang "Sekarat"

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1326197052345673514

[caption id="attachment_162847" align="aligncenter" width="650" caption="Caring Husband (dallasnews.com)"][/caption]

Gak dapat dipungkiri, sesuatu yang buruk gak  disukai oleh banyak orang. Wajar kan ? Siapa sih yang mau berada dalam keadaan susah, pasti semua orang ingin hidup bahagia bukan ? ohh ada ya, yang mau hidup susah ? Ya udah anda termasuk langka. Tetapi yang saya tau kebanyakan orang gak gitu deh.

Saya emang sengaja menggunakan kata "sekarat" untuk menujukan keadaan terburuk pada diri seseorang, apalagi orang tersebut adalah pasangan anda.

Kenapa ? Emang masih mau bertahan ketika suami udah bangkrut dan penyakitan ? "ah cinta kan ga memandang soal materi saja !" Oh iya, kalo gak punya uang dan kelaparan, ada tuh cinta di lemari ! Silahkan dimakan ! Hahh ? Sadis amat ? Emang begitu adanya. Semua orang membutuhkan materi juga selain cinta atau kasih sayang ! Ah apa semua begitu ? Nanya lagi ! Pokoknya kebanyakan orang gitu deh.

Saya bukannya gak mau menggunakan dalil-dalil yang normative namun saya ingin kita semua jujur bila berada dalam keadaan demikian. Paling tidak kita dapat melihat kembali apakah hubungan yang dijalin bersama pasangan adalah cinta yang kekal abadi yang tidak dimakan zaman. Apapun keadaanya, suka maupun duka tetap setia.

Kalo anda benar-benar mengakui bahwa, "ya saya adalah orang yang setia, apapun keadaan pasangan saya !" Saya aminkan deh. Semoga selalu begitu. Namun boleh dong saya katakana, ketika anda "kekeh" mempertahankan sikap anda, jika keadaan terburuk menimpa pasangan anda, saya sebut anda tergolong orang yang "irasional!"

Eits nanti dulu, jangan protes ! Ini hal wajar, cinta memang termasuk hal-hal yang irasional kok. Gak selalu dapat diukur hanya dengan logika saja kan ?  Ini kan soal rasa ! Katanya perasaan dan logika kadang berbeda. Nah kalo gak mengandalkan logika cuman mengandalkan perasaan doing, wajarlah kalo saya sebut sebagai irasional. Tapi.. bukan berarti dalam segala hal anda irasional lho ! Namanya juga orang hidup, logika juga penting.

Jadi, gak ada salahnya saya berpendapat bahwa orang yang memiliki kesetiaan "tingkat tinggi" (buset bahasa apa ini), mereka harus hidup dalam keadaan ketidakwarasan. Hah ? Orang gila ? Ya gak lah, emang kudu begitu. Harus menjadi gak waras dalam hal yang dianggap orang waras yang logic.

Ketika seorang suami harus mengalami gangguan jiwa, harus dirawat di rumahnya orang yang menampung "orang gila". Anda memutuskan untuk setia mendampinginnya hingga dia sembuh (lama lho nih atau bakal gak sembuh sama sekali), adalah wajar dan gak perlu marah ketika orang lain akan bilang anda "gak waras" (dalam tanda petik lho ya). Yang artinya, secara umum orang akan berpikir adalah sangat masuk akal, anda harus terus menjani hidup dengan normal tanpa meninggalkan tujuan kemanusian anda merawat suami. Lalu harus cerai ? Boleh-boleh saja dong. Sukur-sukur anda punya penghasilan atau warisan yang gak habis dimakan 7 keturunan, tapi kalo gak ? Anda harus menjalani hidup dengan orang lain. Wajar kan ?

Ok dalam kasus lain. Hidup dengan seorang pengacara (pengangguran banyak acara) abadi, alias udah gak bisa bekerja lagi. Entah dengan alasan usia, fisik maupun keterbasatan lain. Sebagai isteri, apakah anda tetap mendampinginya selagi anak-anak anda memerlukan banyak biaya untuk sekolah dan tuntutan hidup lainnya ? Bisa dong ! Baiklah, kalo anda sendiri gak punya keahlian apapun, harta dan warisan gak punya, sementara ada seorang "lelaki gagah perkasa" bersedia mendampingi dan merawat anak-anak anda. Gimana dong ? Hehehe. Anda tetap setia ? Ya sudah ! Itu menjadi pilihan anda, hidup dalam kondisi "irasional" (tanda petik juga nih).

Saya sendiri memiliki kenalan yang setianya minta ampun, suaminya yang kini mengindap penyakit "jantung" dan bermacam-macam komplikasi lainya. Tetap setia selama kurang lebih 7 tahun.  Dia harus bekerja "membanting-tulang" membesarkan anak-anaknya bahkan untuk membiayai perawatan suaminya.  Walau masih banyak lelaki melirik ibu muda yang cantik jelita ini, dia dapat menghindari diri dari godaan apapun.  Ketika dia dianggap "gak waras", dia hanya bisa menjawab dengan senyumnya yang menawan bahwa "justeru inilah kewarasan yang sesungguhnya".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline