Lihat ke Halaman Asli

Cicak Itu Jatuh di Tangan Semut

Diperbarui: 13 Juli 2023   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Cicak-cicak di dinding
diam-diam merayap
datang seekor nyamuk.
Hap..lalu ditangkap.

Ingat kan, lagu ini? Lagu anak-anak  yang cukup populer. Apa yang kita pikirkan saat mendengar syairnya? Senang, "Horeee...nyamuknya ditangkap", atau... prihatin "Cicaknya sadis. Memangsa nyamuk kecil"?
Pernah lihat cicak.menangkap nyamuk seperti diceritakan lagu itu? Aku pernah! Saat ada nyamuk.mendekat, secepat kilat disambarnya.

Tapi pagi ini aku menemukan pemandangan lain. Bukan cicak dengan nyamuk, tapi cicak dengan semut.
Karena Sang Bijak mengingatkan untuk belajar dari semut, maka kuperhatikanlah laku mereka.
Keluarga semut ramai-ramai menculik sang cicak. Aku tak tahu bagaimana asal mulanya. Mungkin ia jatuh karena kekenyangan. Mungkin pula ia jatuh karena kalah tarung dengan sesama cicak. Entah.

Tapi kuperhatikan, Sang Cicak tak berdaya dipikul oleh sekian banyak semut yang berjalan dengan cepat. Tubuh cicak terlemtang, menengadah ke atas. Sesekali ia bergerak seolah ingin melepaskan diri. Tapi tak berdaya.

Biasanya sang cicak menghadapi satu persatu nyamuk dan memangsanya. Sekarang ia diamuk keluarga semut. Tak ada sahabat dan kerabat yang datang menolongnya. Mungkin karena ia terbiasa menikmati sendiri mangsanya, tak berbagi dengan mereka. Atau mungkin pula para kerabat dan sahabat itu takut bernasib sama dengannya, jadi cepat-cepat bersembunyi. Entahlah! 


Imajinasi liarku terbang. Cicak itu ibarat orang-orang kuat yang suka memangsa kaum lemah. Diam-diam mengintai dan menangkap orang-orang kecil tak berdaya demi mengenyangkan dirinya. Tak sedikit orang seperti ini, tersebar di mana-mana. Dari kota besar hingga ke dusun kecil. Ada jabatan, merasa kuat dan berkuasa. Lalu semena-mena terhadap yang kecil. Merampas hak orang dan membuat atau memutarbalikkan aturan untuk membenarkannya. Menindas dan mengintimidasi, menyebarkan ketakutan. Orang-orang kecil ibarat nyamuk. Kapan saja bisa di-hap.

Suatu ketika "sang cicak" kan jatuh juga. Orang-orang yang lemah perlu bersatu untuk itu. Kalau sendiri-sendiri, dirinya mudah dimangsa. Seperti nyamuk di hadapan cicak. Namun jika bersatu, ramai-ramai mendukung, bisa seperti keluarga semut. 

Benarlah kata sang bijak. Kita perlu belajar pada semut. Tentu ada banyak pelajaran. Ada yang mengatakan cara kerja para semut menggambarkan perbudakan dan kisahnya dalam catatan sang bijak sangat mungkin untuk mendukung kerja paksa yang dilakukan penguasa saat itu. Tapi kali aku mau menaruh perhatian pada apa yang nampak di permukaan. Pada kerjasama dan persatuan yang mereka tunjukan saat menaklukkan sang cicak. Mereka kuat walau bertubuh kecil. 

Kuperhatikan posisi cicak. Terlentang tak berdaya. Memalukan. Begitulah saat yang kuat (dan lalim) jatuh. Tak dapat menyembunyikan dirinya. Ia tak bisa tengkurap. Tapi dia menengadah ke atas, mungkin minta pertolongan Yang Kuasa karena ternyata dia lemah tak berdaya. Padahal selama ini merasa diri sang penguasa, bertindak seenaknya tak peduli pada yang lemah dan menindas yang tak berdaya.

Ingin aku mengusir semut-semut itu dan membebaskan sang cicak. Tapi biarlah segala sesuatu berjalan sesuai alurnya.

Jika orang kecil dimangsa, akan lahir kepedihan dan keprihatinan. Saat yang kuat dan lalim jatuh, yang tersisa adalah olok-olok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline