Lihat ke Halaman Asli

Louis Malinda

Mahasiswa

Taylor Rule dalam Menakar Efektifitas di Tengah Gejolak Ekonomi Indonesia

Diperbarui: 22 November 2024   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi, khususnya terkait pengendalian inflasi dan pertumbuhan ekonomi, kebijakan moneter menjadi instrumen penting yang digunakan oleh bank sentral. Salah satu pendekatan yang sering dikaji adalah Taylor Rule, sebuah formula sederhana namun dapat yang mengarahkan bagaimana suku bunga kebijakan seharusnya diatur berdasarkan kondisi ekonomi. Di Indonesia, penerapan konsep ini menarik untuk dikaji, terutama dalam menghadapi gejolak ekonomi global dan domestik.

Apa itu Taylor Rule?

Taylor Rule pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Amerika, John B. Taylor, pada 1993. Formula ini dirancang untuk memberikan panduan kepada bank sentral dalam menentukan suku bunga kebijakan, dengan mempertimbangkan dua variabel utama:

  1. Inflasi aktual dibandingkan dengan target inflasi
  2. Output gap, yaitu selisih antara output ekonomi aktual dan potensi outputnya.

Penerapan di Indonesia

Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter memiliki mandat utama untuk menjaga stabilitas nilai rupiah, yang mencakup stabilitas inflasi dan nilai tukar. Dalam praktiknya, BI menggunakan pendekatan seperti Taylor Rule untuk membantu menentukan suku bunga acuan, yaitu BI 7-Day Reverse Repo Rate.

Namun, penerapan Taylor Rule di Indonesia tidak sepenuhnya mekanistik. Ada beberapa alasan:

  • Kondisi Ekonomi yang Beragam
    Ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti fluktuasi harga komoditas global dan pergerakan nilai tukar mata uang asing. Hal ini membuat respons kebijakan moneter sering kali harus lebih fleksibel dibandingkan dengan panduan Taylor Rule yang kaku.
  • Konteks Inflasi di Indonesia
    Inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk inflasi inti (core inflation) dan inflasi yang dipengaruhi oleh harga barang yang diatur pemerintah (administered prices). Ketergantungan terhadap impor pangan juga membuat inflasi lebih rentan terhadap perubahan nilai tukar, sehingga respons kebijakan moneter sering kali perlu mempertimbangkan faktor ini secara eksplisit.
  • Peran Stabilitas Sistem Keuangan
    Selain inflasi dan pertumbuhan ekonomi, BI juga mempertimbangkan stabilitas sistem keuangan dalam pengambilan kebijakan moneter. Oleh karena itu, pendekatan Taylor Rule sering kali dimodifikasi untuk mengakomodasi kompleksitas ini.

Efektivitas dalam Gejolak Ekonomi

Gejolak ekonomi global, seperti pandemi COVID-19, perang dagang, dan kenaikan suku bunga global, telah memberikan tantangan besar bagi Indonesia. Dalam situasi ini, efektivitas Taylor Rule sebagai panduan kebijakan moneter diuji.

  • Respon terhadap Pandemi
    Selama pandemi COVID-19, Indonesia menghadapi tekanan inflasi yang rendah akibat melemahnya permintaan domestik, namun juga dihadapkan pada risiko perlambatan ekonomi yang signifikan. Dalam situasi ini, BI menurunkan suku bunga acuan secara agresif untuk mendorong pemulihan ekonomi, sesuai dengan panduan Taylor Rule. Namun, pendekatan ini juga diperkuat dengan langkah-langkah seperti pelonggaran likuiditas dan kebijakan fiskal pemerintah.
  • Kenaikan Suku Bunga Global
    Tahun 2023 dan 2024 ditandai dengan kebijakan moneter ketat dari bank sentral global, seperti Federal Reserve AS, yang menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi. BI menghadapi dilema antara menjaga daya tarik aset keuangan domestik untuk menghindari arus keluar modal dan mempertahankan tingkat suku bunga yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam situasi ini, panduan Taylor Rule tetap relevan, tetapi harus disesuaikan dengan tekanan eksternal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline