Lihat ke Halaman Asli

Pencuri yang Terhormat

Diperbarui: 7 Februari 2019   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Namanya adalah pencuri
Ia setia mengais fitnah agar bibirnya tak kering
Kadang-kadang ia tampil mirip badut, ia berteriak karena jari kakinya dijepit kursi, kursi yang dia duduki sendiri

Namanya adalah pencuri
Walau sering mencuri, dia tetap dihargai oleh sebagian orang, orang yang menyebut diri mereka sebagai pasukan pembela pencuri.
Ya, ini nyata, karena si pencuri tak menyimpan bagiannya sendiri, ia akan membagikan karung beras kepada pengikutnya, sedangkan berasnya akan dia simpan sendiri.
Mereka tak perlu berasnya, asalkan karung tersebut berwarna putih, mereka sudah bisa menukarnya dengan tiket surga, begitu katanya

Namanya adalah pencuri
Pernah sekali, ia duduk di atas kursi merah, di rumah seorang perampok tua yang tak bertulang. Di depan pasukan pembela pencuri dan perampok, si pencuri bercerita tentang darah. Darahnya saat dipukul oleh pemilik rumah yang dia curi, darahnya saat dipukul satpam, darahnya saat luka batinnya membusuk, karena tak pernah diobati.
Kemudian, pasukan itu berdiri, marah, mengambil parang dan sabit dari rumah masing-masing, kemudian pergi menyerang setiap orang yang melukai hati pencuri mereka tercinta.

Namanya adalah pencuri
Saat dia mencuri, tidak ada satu pun yang dia tinggalkan, kecuali karung beras berwarna putih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline