Lihat ke Halaman Asli

Mencampurkan Tradisional dan Modern? Simak Perpaduannya Pada Hunian Khas Bali

Diperbarui: 23 November 2022   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Didesain oleh: Louis Gracia Graciosa

Tradisional bisa dicampur dengan modern? Bukannya jadi kuno?

Eits, jangan salah dulu. Penggabungan tradisional dan modern bisa menjadi sangat menarik loh buat desain bangunan khususnya hunian kamu. Biar lebih mudah dipahami, kita lihat dulu nih konsep tradisional khas Bali dengan modern ala-ala jaman sekarang.

Tradisional khas Bali

Modern ala-ala jaman sekarang.

Beda sekali bukan tradisional khas Bali dengan yang modern. Dengan konsep ini, hunian kamu bisa memiliki sirkulasi yang sangat baik jika dipadukan dengan nilai-nilai tradisional nih. Selain itu layouting rumah kamu juga memiliki filosofinya sendiri. Jadi saat ada yang bertamu ke hunian, kamu bisa bercerita tentang layouting rumah kamu dengan penuh makna.

Penasaran. gimana sih nyatuin konsep tradisional yang dibagi-bagi bangunannya dengan yang modern? Yuk kita telusuri lebih dalam perpaduannya.

Nilai tradisional mengangkat dari Bali, yaitu Asta Kosala Kosali. Asta Kosala Kosali sendiri merupakan konsep tata ruang tradisional Bali, yang dimana memiliki konsep keseimbangan kosmologis (Tri Hita Karana, hirarki tata nilai (Tri Angga), orientasi kosmologis (Sanga Mandala), ruang terbuka (natah), proporsional dengan skala, kronologis dan prosesi pembangunan, kejujuran struktur dan kejujuran pemakaian material.

Pada artikel ini, akan berfokus pada Tri Hita dan orientasi kosmologis (Sanga Mandala) yang memiliki filosofi mendalam. Bukan berarti konsep lain dalam Asta Kosala Kosali tidak memiliki makna dan filosofi yang baik dan mendalam, pengambilan 2 konsep ini yang memiliki potensi terbesar dalam penggabungan dalam desain modern dan agar penerapan filosofinya lebih mudah.

Untuk konsep Tri Hita Karana merupakan aspek mengenai hubungan yang serasi dan seimbang antara aspek parahyangan, pawongan, dan palemahan. Dalam konteks perumahan, parahyangan dimaksudkan sebagai hubungan antara penghuni rumah (manusia) dengan Tuhan Yang Maha Esa, pawongan adalah hubungan antara sesama penghuni rumah (manusia), dan palemahan dimaksudkan sebagai hubungan antara penghuni sebuah rumah dan lingkungan sekitarnya.

Sanga Mandala terdiri atas beberapa konsep pembagian ruang menurut arah mata angin, antara lain konsep kangin-kauh (timur-barat) dan konsep kaja-kelod. Konsep kangin-kauh mengadaptasi arah sumbu matahari, yang dimana arah matahari terbit (timur) dianggap suci yang menjadikannya zona utama, sementara arah matahari terbenam (barat) dianggap zona nista. Konsep kaja-kelod (utara-selatan) mengadaptasi arah Gunung Agung di Bali, yang dimana arah utara dianggap suci karena mengarah ke gunung Agung, sedangkan arah selatan dianggap nista yang melambangkan laut. Sehingga dapat disimbulkan bahwa arah timur dan utara dianggap zona utama dan suci, sementara arah selatan dan barat dianggap zona nista.

Pembawaan kedua konsep ini ke desain modern, dapat dijadikan sebagai patokan dalam membuat layouting ruang hunian. Mulai dari penentuan ruang dari arah mata angin, yang dimana timur dan utara sebagai ruangan utama (seperti kamar tidur orang tua/ruang berdoa). Lalu bagian barat dan selatan sebagai area service (seperti kamar mandi, dapur, area laundry).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline