Beberapa hari yang lalu, mungkin 1-2mingguan, saya bbm-an dengan sahabat saya di Jogja. Dia cerita mendapat undangan perkawinan dari rekannya di UGM yang mantu anak perempuannya. "Itu lho mbak, Nurhadi, Sekretaris MA yang waktu itu sempat ribut masalah renovasi ruang kerjanya yg milyaran itu..." Kemudia saya dikirimi foto undangan yang menurut saya pasti sangat mahal harganya. Menurut sahabat saya itu, undangan disertai kartu electronic yang harus di scan untuk bisa masuk ke area acara...wah hebat sekali ya... Bahkan kolega pemilik hajat disewakan hotel Century untuk menginap gratis...mantap!
Kemarin malam, saya kembali di bbm yang isinya seputar cerita tentang acara mantu-nya Nurhadi yang menurut sahabat saya itu "luar biasa...". "Souvenirnya iPod Apple mbak, yang dateng menteri-menteri banyak banget, wah..mewaaaaah, makanan dari yang model ndeso sampai yang international style ada semua. Dekorasinya mewah, ballroom sebesar itu disulap jadi taman bunga, bunganya banyaaaak sekali. Aku sempatin menyobek salah satu bunga-nya, kupikir kertas, asli mbaaak, ternyata bunga asli buanyaaaak bangettt..."
Sebelum beredar berita tentang acara super mewah itu, saya sudah dengar dan tau seperti apa kemasan souvenir iPod plus 2 kotak coklat yang konon dibagikan untuk 2500 tamu undangan itu. Mungkin saya-nya yang ndeso, atau pak Nurhadi-nya yang lebay. Walaupun menurut beberapa sumber, sebelum di MA, Nurhadi ini sudah tajir, punya bisnis Walet dan Kelapa Sawit. Ahhh...tapi kalo cari uangnya nggak gampang apa iya tega, uang 1,75M hanya untuk souvenir. Kalo Nurhadi mungkin bisa ya, MA aja disumbang-sumbang pake duit pribadinya, bahkan konon, berangkat kuliah ke Jogja kadang memakai pesawat carteran...terus terang saya nggak bisa membayangkan, berapa saldo rekeningnya, berapa Trilyun asetnya. Saya nggak bisa bayangkan gimana cari uang sebanyak itu dengan jujur, dan menghamburkannya dengan santai.
Saya pikir Nurhadi bukan satu-satunya yang sekaya itu, banyak...apalagi di Jakarta, yang saya kalau kesana dan pergi-pergi sendiri pasti nyasar saking saya tidak mengenal kota itu. Ada yang jujur cari uangnya, tapi yang hasil nilep pasti lebih banyak. Saya nggak tau harta Nurhadi ini versi nilep atau jujur, tapi rasanya terlalu banyak untuk dihasilkan dari kerja keras yang pastinya harus melibatkan karyawan yang sangat banyak untuk meraih keuntungan usaha sebanyak itu...
Kalau seandainya uang Nurhadi bersih, paling tidak, rasanya tidak pantas menyelenggarakan pesta semewah itu, semahal itu, sungguh tidak punya empati...sungguh-sungguh diluar batas, dan kurang bisa memantaskan diri. Sudah sebegitu perlukan dia "mangkelaskan" diri di kemewahan seperti itu?? Dia itu siapa?
Eh, apa hubungannya cerita di atas dengan rasa bersalah saya kepada pak Akil Mochtar?
Waktu Akil Mochtar tertangkap tangan KPK, saya mengumpat, marah, kesel, eneg, merasa betapa jahatnya Akil Mochtar kepada rakyat. Mementingkan diri sendiri, serakah, dan lain-lain umpatan yang bernada marah saya keluarkan. Tapi saya sekarang kasihan, kasihan sama Akil Mochtar, bapak satu ini hanya sial. Sial ketahuan duluan. Seandainya diurutkan dari yang paling banyak nilep, mungkin Akil Mochtar belum saatnya ditangkap. Masih antri, karena yang nilep lebih banyak masih ada. Yakin...pasti ada, dan banyak.
Maafkan saya pak Akil Mochtar, ternyata saya salah...saya kira anda sudah yang paling serakah, tapi ternyata kemungkinan besar masih banyak yang lebih serakah dari anda. Anda sial pak Akil...mungkin kurang pinter...kalau sendainya nanti udah bebas, tolong agak lebih pinter ya pak Akil, biar nggak cepat ketangkap.
Ini hanya tulisan saya yang mungkin bisa saja salah, tapi saya ingin menulis begini karena ini yang ada di pemikiran saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H