Lihat ke Halaman Asli

Amalia K

IRT penikmat bunga dan akuntansi

Tugas Matakuliah Prof Dr Apollo (Daito)

Diperbarui: 6 April 2020   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Asimetri Informasi, Covid 19 dan keberlanjutan bisnis

Hari-hari ini kita dihadapkan dengan kesiapsiagaan darurat dan respon individu, pemerintah dan bisnis di semua level  untuk bertindak cepat mengantisipasi dampak pandemi COVID 19 terhadap ekonomi global. Dimulai dengan sektor pariwisata yang terdampak paling awal, dimana banyak perjalanan wisata dibatalkan karena tempat tujuan wisata ditutup pemerintah setempat. Hal ini tentu diikuti oleh sektor transportasi baik darat, laut maupun udara yang mengalami penurunan penumpang sangat signifikan apalagi dengan pemberlakukan Work from Home bagi pegawai di beberapa perusahaan swasta dan pemerintahan. UMKM pun akan terdampak paling berat, karena mereka mengandalkan rantai pasokan yang sekarang hampir terhenti, juga penjualan harian yang akan menambah beban pemasukan.

Gambar berikut menyajikan sektor-sektor usaha yang terkena dampak wabah corona, baik dampak positif maupun negatif.

Namun demikian ada sektor lain yang juga berpotensi memperoleh keuntungan dari pandemi virus corona ini, diantaranya sektor pertanian dan agrikultur, personal healthcare dan medical service serta e commerce. Sektor pertanian dan agrikultur akan bertahan karena masyarakat tetap perlu dipasok bahan pangannya, sementara personal healthcare dan medical service dibutuhkan untuk keperluan menjaga kesehatan individu dan masyarakat serta dalam upaya proses penyembuhan pasien-pasien positif Covid 19. Selain itu sektor e commerce akan bertahan dengan kondisi ini karena memudahkan pelanggan mendapatkan barang/jasa yang diperlukannya.

Situasi ini diperkirakan akan masih berlangsung sepanjang 2020, mulai dari kekurangan pasokan, risiko pengangguran, inflasi, pasar saham yang tidak sesuai harapan, dan penurunan di semua sektor. Namun hal ini juga merupakan saat yang tepat untuk refleksi diri terkait kode etik moral kita, juga perbaikan hubungan dengan lingkungan sosial dan orang-orang terkasih. Langkah-langkah praktis untuk mengurangi dampak negatif pada sektor-sektor yang paling terkena imbasnya antara lain diperlukan kebijakan korektif di bidang ekonomi dan bisnis serta inovasi yang cepat dan tepat agar dapat menciptakan perilaku baru untuk bertahan dari badai corona ini.

Pandemi virus covid 19 ini juga merubah perilaku individu masyarakat, dimana altruisme atau menolong orang lain tanpa pamrih menjadi kembali dilakukan dengan senang hati, berperilaku sehat dan tetap aman menjadi kebiasaan baru, keinginan berbagi dan mengurangi egoisitas untuk menyetok bahan pokok maupun alat pelindung diri juga menjadi pemandangan yang hari-hari ini kita dapati lagi, karena mulai sadarnya komponen masyarakat untuk bersama-sama menghadapi dan mengatasi situasi ini.

Untuk menghadapi situasi pandemi virus covid 19 ini tentu dibutuhkan kerjasama yang baik agar semua dapat ditangani dengan maksimal, karenanya sangat perlu dihindari terjadinya asimetri informasi dari pemangku kepentingan kepada masyarakat luas. Asimetri infomasi terjadi jika salah satu pihak memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak lainnya dalam suatu transaksi/kejadian sehingga kemungkinan akan memicu salah satu pihak untuk melakukan tindakan-tindakan yang sesuai dengan kepentingannya untuk mengambil keuntungan. Dalam hal ini tentu pihak yang berwenang mempunyai informasi terkait covid 19 yang lebih baik dibanding masyarakat kebanyakan.

Asimetri informasi memungkinkan timbulnya konflik antara principal dan agent untuk memanfaatkan pihak lain demi kepentingan dirinya sendiri. Terdapat tiga asumsi dasar sifat manusia menurut Eisenhardt (1989) yaitu manusia umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia mempunyai daya pikir terbatas terkait persepsi masa yang akan datang (bounded rationality) serta manusia selalu menghindar dari resiko (risk adverse). Sifat dasar ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan terkait reliabilitas dan dapat dipercaya atau tidaknya suatu informasi yang disampaikan oleh suatu pihak.

Menurut Scott (2000) ada dua macam asimetri informasi, yaitu:

  • Adverse Selection, merupakan asimetri informasi dimana pihak yang satu memiliki informasi yang lebih dibandingkan pihak lain dalam suatu transaksi/kejadian. Para agent biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek suatu organisasi dibandingkan investor, dimana fakta-fakta yang diketahuinya yang dapat mempengaruhi suatu keputusan yang akan diambil pemegang saham tidak disampaikan informasinya.
  • Moral Hazard merupakan asimetri informasi dimana satu pihak yang melakukan transaksi dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam menyelesaikan transaksinya sedangkan pihak lainnya tidak dapat melakukan hal itu. Moral Hazard biasanya terjadi karena kebanyakan perusahaan besar melakukan pemisahan kepemilikan dengan pengendaliannya. Kegiatan-kegiatan agent tidak semuanya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman sehingga agent bisa melakukan tindakan yang dapat melanggar kontrak dan secara etika tidak layak di luar pengetahuan pemegang saham.

Pandemi global yang diciptakan oleh virus covid 19 yang tidak terduga merupakan sebuah momen untuk mengembangkan kecerdasan, inovasi dan kecakapan yang harus dipertimbangkan dengan secepat-cepatnya, karena membawa sebuah realitas yang berbeda dari harapan sebelumnya. Kecepatan penyebaran infeksi, jumlah mortalitas yang mengkhawatirkan, potensi kehancuran ekonomi dan kemungkinan melumpuhkan secara global patut menjadi perhatian dan tidak untuk diremehkan. Problem krisis kesehatan ini menjadi penting untuk dipikirkan dan diambil tindakan segera oleh pemerintah di seluruh dunia. Perlu dipertimbangkan cara-cara yang berpotensi menghasilkan manfaat semaksimal mungkin untuk bahaya yang dihadapi sejalan dengan krisis ekonomi yang menghadang di depan mata.

Dengan dua masalah besar yang sedang menghadang terkait kompleksitas yang menakutkan yang ditimbulkan oleh pandemi corona serta ancaman krisis ekonomi yang lebih besar dibandingkan krisis keuangan tahun 2008-2009, maka diperlukan kepemimpinan yang kuat dan cerdas dalam mengelola dua krisis ini. Dengan mempertimbangkan keseimbangan pasar, kesehatan dan keberlangsungan bisnis baik bisnis kecil maupun bisnis besar serta kebaikan masyarakat maka pemerintah semua negara seharusnya dapat memberikan jaminan dan dukungan yang terbaik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline