Warga Indonesia dapat menyaksikan "Komet Neowise" sejak 19 Juli hingga Sabtu hari ini (25/7/2020). Begitulah berita yang dirilis dari sumbernya, LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) tentang kehadiran Komet Neowise di langit Indonesia sejak matahari terbenam.
Tak hanya saya baca sendiri. Tapi unggahan berita itu, saya bagikan ke grup WA saya yang menyukai alam fenomena langit (astrophotography) sebagai daya tarik untuk memotret.
Jumat malam (24/7) setelah matahari terbenam, kami janjian bertemu di lapangan sepakbola Lokon untuk berburu si Komet. Lapangan sepak bola dipilih, karena polusi cahaya lebih sedikit di bandingkan lapangan basket di sebelahnya.
Saya dan Mario tiba di lapangan sepak bola sekitar jam 19.00 malam. Kemudian masing-masing menyiapkan tripod dan memasang kamera. "Kita arahkan ke rasi Bintang Ursa Mayor, ya di sebelah Barat Laut sana" kata Mario.
Langit malam itu tidak bersih. Awan putih menyelemuti langit di Barat Laut. Bahkan Gunung Lokon juga bertopikan awan. Namun, kegalauan akan awan itu tak lama. Beberapa menit kemudian langit bersih dari awan.
"Ayo kita fokus memandang ke arah Barat Laut. Kok nggak kelihatan ya si Komet?" tanya saya kepada Mario.
Dinginnya udara di kaki Gunung Lokon membuat badan sedikit menggigil meski sudah dilapisi dengan jaket hangat.
"Aku melihat bintang jatuh. Cepat sekali. Tapi bukan si Komet" teriak Mario. Saya ikutan menatap ke langit sesuai petunjuk Mario, tapi saya tidak melihat bintang jatuh, apalagi si Komet.