Liburan sekolah Juni 2017 yang lalu, saya dan beberapa siswa saya, berlibur ke Raja Ampat. Liburan ke Raja Ampat itu kami atur sendiri tanpa bantuan agen wisata. Sudah lama saya bermimpi ke Raja Ampat. Entah kenapa, Raja Ampat yang mendapat julukan "surga terakhir dunia" seperti menghipnoptis saya untuk dikunjungi. Berikut cerita liburan saya ke Raja Ampat.
Menuju ke Raja Ampat, tidak sulit. Wings Air menyediakan penerbangan langsung dari Sam Ratulangi, Manado ke bandara Marinda, Waisai, Raja Ampat. Tapi, saya dan rombongan memilih rute berbeda. Dari Manado langsung ke Sorong. Ada orang tua siswa yang ingin bergabung dengan rombongan saya dari Sorong.
Manado -- Sorong -- Waisai, Raja Ampat
Pagi itu (15/6) burung besi bertuliskan Explore Jet milik maskapai Garuda, mendarat di Domine Eduard Osok Airport Sorong dengan mulus. Senyum kemegahan Bandara Sorong menyambut kedatangan setiap penumpang yang mendarat. Di parkiran bandara, taksi plat hitam yang kami sewa, sudah menunggu kedatangan kami. Tak lama kemudian mobil berjalan menembus panasnya udara Sorong.
Jam 12.00 kami bergegas menuju ke pelabuhan rakyat Sorong. Kapal feri cepat Bahari Express sudah bersandar di dermaga. Tiket ekonomi seharga Rp. 130.000,- yang saya pegang, diminta petugas dan satu lembar disobek setengah saat kami sudah duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket. Kapal berangkat pukul 13.10 dan tiba di Waisai sekitar pukul 15.00.
"Bersih juga kapal ini. Ada TV dan AC-nya cukup dingin. Tempat duduknya empuk seperti naik Bus Eksekutif" kata saya kepada Elisabeth Korwa, asal Timika. Lalu dia menjawab, sekitar dua jam kita tiba di pelabuhan Waisai.
Ombak laut di bulan Juni, tidak terlalu besar. Kapal feri cepat yang kami tumpangi berlayar dengan tenang. Beberapa siswa tampak menikmati perjalanan itu dengan tidur pulas tanpa diganggu oleh derunya suara mesin.
Pelabuhan "Hope" Waisai, Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat sudah terlihat di depan mata dan melambaikan tangannya menyambut kedatangan seluruh penumpang. Kesibukan bongkar muat dan lalu lintas naik turun penumpang mulai terdengar meramaikan suasana pelabuhan.
Sebuah mobil pick up, yang kami cater, sudah menunggu. Semua barang bawaan kami langsung dinaikkan ke dalam bak mobil.
"Jangan naik mobil dulu. Foto-foto dulu di tulisan Raja Ampat di sana. Buat foto untuk bukti bahwa kalian sudah sampai di Raja Ampat. Di sini signal telpon dan internet masih ada. Nanti kalau udah di pulau-pulau, hampir tidak ada signal" kata Pak Samuel Korwa, pemandu sekaligus yang mengatur wisata kami. Pak Sam adalah ayah Sabet Korwa.
Kami serentak pergi ke lokasi tulisan "Raja Ampat" dan tugu selamat datang. Di situlah kami berfoto ria. Setelah itu, kami menuju ke penginapan. Foto ini akan dijadikan bukti bahwa kami sudah sampai di Raja Ampat dengan selamat.