Apakah anda siap menyongsong satu abad kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 2045? "Kalian di tahun 2045, berusia sekitar 44, 45, 46 tahun. Umur segitu, kalian ada pada puncak usia produktif kerja. Saat itu, bisa jadi kalianlah yang akan menggerakkan roda ekonomi, kekuasaan dan kepemimpinan di Indonesia. Nah, apakah kalian sudah siap?" tanya Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph. D, pembicara dari ALMI (Akademi Ilmuwan Muda Indonesia) di hadapan sekitar 400 orang siswa dan 60 orang guru dari 10 Sekolah di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa dan Kota Manado, di Sporthall SMA Lokon Tomohon (2/10).
Dicecar pertanyaan itu, para siswa lebih banyak mengernyitkan dahi daripada menjawab. Barangkali karena 2045 masih jauh dari pikiran mereka. Itulah sebabnya, para siswa banyak diam dan menunggu kelanjutan ceramah yang dimulai sejak pukul 09.00 pagi.
Backdrop berjudul. "SAINS 45, Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Satu Abad Kemerdekaan, Scientist Goes to School: North Sulawesi Chapter" menarik perhatian semua yang hadir. Tak hanya itu, antara tempat duduk dan panggung, digelar peralatan penelitian berupa teropong astronomi, TV, mikroskop, pot plastik polyback berisi benih padi. Pagi itu, dengan peralatan laboratorium , suasana ilmiah dibangun untuk melengkapi diskusi ilmiah.
"Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia 2045, disingkat SAINS45 adalah sebuah dokumen hidup yang berisi buah pikiran dari 17 orang (representasi tanggal kemerdekaan) ilmuwan Indonesia yang dikelompokkan ke dalam 8 gugus pertanyaan (representasi bulan kemerdekaan Indonesia) dan dijabarkan menjadi 45 (representasi tahun kemerdekaan) pertanyaan ilmiah mendasar. Itu semua untuk menjawab masalah-masalah yang sedang dan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia menuju seratus tahun kemerdekaannya" Imbuh Bu Pri Utami
Lebih lanjut, acara sosialisasi itu dikemas dalam acara Scientist Goes to School: North Sulawesi Chapter. Ini merupakan untuk membangkitkan budaya ilmiah pada komunitas sekolah-sekolah menengah tingkat atas. Tercatat dalam daftar undangan, sekitar 400 orang siswa dan 60 orang guru dari 10 Sekolah di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa dan Kota Manado. Lebih lanjut, North Sulawesi Chapter ini terlaksana atas kerjasama yang baik antara ALMI dengan Yayasan Pendidikan Lokon, Universitas Gadjah Mada, Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara, Kota Tomohon, dan Kabupaten Minahasa.
Salah seorang penulis buku SAINS45, yaitu Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D merupakan anggota Komisi Ilmu Rekayasa ALMI dan pakar geologi panas bumi Indonesia yang telah lama berkarya di Sulawesi Utara. Ibu Dr. Ir. Pri Utami bersama Dr. Khasani, Dr. I Wayan Warmada dan S. Yohana Cahya Wijaya menerbitkan buku berjudul "Berwisata dan Belajar tentang Energi Panas Bumi di Lahendong" (2015). Buku ini mengajak masyarakat untuk mempelajari ilmu pengetahuan tentang panas bumi dan teknologi pemanfaatnya untuk kesejahteraan masyarkat. Antara lain, membuat taman pendidikan geothermal di Lahendong dan menjadikan kawasan panas bumi sebagai wisata edukasi bagi para siswa.
Siang itu, Bu Pri Utami tidak sendirian. Beliau didampingi oleh Aldina Yebelanny, mahasiswi dari Fakultas Ilmu Budaya Universtas Gadjah Mada. Dina, panggilan akrabnya, turut memotivasi para siswa untuk selalu mengedepankan perilaku ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.
Acara dikemas secara interaktif ini dengan penampilan brass ensemble Marchingband SMA Santo Nikolaus dan Kolintang SMP Santo Nikolaus, serta pameran sains karya guru dan siswa.
Dalam pemaparan, Bu Pri Utami menjelaskan kepada hadirin dalam bentuk pertanyaan ilmiah yang inspiratif meliputi (1) Identitas, keragaman dan budaya (2) Kepulauan, kelautan dan sumber daya hayati (3) Kehidupan, kesehatan dan nutrisi (4) Air, pangan dan energi (5) Bumi, iklim dan alam semesta (6) Bencana dan ketahanan masyarakat terhadap bencana (7) Material dan sains komputasi (8) Ekonomi, masyarakat dan tata kelola.
"Pertanyaan itu untuk membangun kesadaran generasi muda, betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam membawa bangsa Indonesia menyongsong satu abad kemerdekaannya, menjadi bangsa yang mandiri, berdaya saing, dan disegani dalam percaturan dunia. Bila pelajar-pelajar ini sekarang berusia sekitar 12 -- 17 tahun maka di tahun 2045 mereka akan berusia sekitar 40 -- 45 tahun, suatu usia prima sebagai pemegang tongkat estafet kepemimpinan di segala bidang. Sehingga, dengan kesadaran akan budaya ilmiah yang tertanam sejak dini generasi ini akan mampu mengedepankan ilmu pengetahuan dalam menahkodai perjalanan bangsa" tegas Bu pri Utami.
Beberapa siswa menyampaikan pertanyaan pertanyaan kritis tentang bagaimana generasi muda menyikapi dan memanfatkan kemajuan teknologi untuk kebaikan umat manusia, bukan sebaliknya. Natalia Tsolme, siswi Lokon asal Timika Papua mengutarakan keinginannya untuk menjadi ilmuwati sekaligus pengusaha.