Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Asyiknya, "Bapontar" di Pantai Triple M

Diperbarui: 3 Februari 2017   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indahnya pemandangan pantai Triple M | dokpri

Bus mini Elf berada di depan. Di belakang saya, kijang biru. Saya di belakang bus. Kami semua, 30 orang termasuk bocah-bocah, menuju ke salah satu pantai di pantai Utara Sulawesi Utara. Triple M Beach, itulah pantai yang akan kami tuju. Lokasinya di desa Kombi, Kolongan, Kabupaten Minahasa.

Dari Tomohon menuju ke pantai itu, jaraknya sekitar 38 km dan ditempuh dalam waktu satu jam lebih dengan catatan tanpa berhenti.

Sementara itu, sejak pagi langit di hari libur Tahun baru Imlek (28/1) begitu cerah. Padahal sebelum Imlek, cuaca di Tanah Toar Lumimuut hari-hari hujan melulu. Banjir melanda di sekitar DAS Sungai yang mengalir ke kota Manado. Longsor tebing Tambulinas Tomohon menjadi berita utama koran lokal.

Sejenak istirahat di gasebo | dokpri

“Di pantai Triple M, fasilitasnya cukup lengkap dibandingkan dengan pantai Ratu Makalesung di sebelah. Tersedia gazebo-gasebo dan kamar mandi untuk bilas badan. Boleh juga bakar-bakar di tepi pantai. Ada rumah besar untuk berteduh apabila hujan”, ujar Ine.

Dari Tomohon, kami melewati Tondano lebih dulu lalu masuk ke jalan Toulilang, Eris. Setelah itu, desa Kolongan kami lewati hingga ke daerah Kombi. Untuk sampai di pantai, mobil mengikuti jalan berkontur naik turun karena medannya berbukit. Saat berada di bukit, kami disuguhi hamparan luas perkebunan cengkih yang subur.

Peta | sumber: google maps

“Harga cengkih per kilo bisa sampai Rp. 100.000,- lebih” kata Chres teman saya yang lebih tua usianya. “Jangan heran kalau dulu ada cerita, orang kampung beli kulkas meski belum ada listrik. Lalu kulkas yang dibeli untuk menyimpan baju. Itu untuk gengsi doang” imbuh Chres sambil tersenyum. Ada banyak cerita parodi tentang orang kaya mendadak gara-gara panen cengkih.

Tetiba di pantai, bus berhenti karena portal ditutup. Seorang bapak berlari-lari mendekati sopir bus (bukannya membuka portal dulu). Lalu, saya melihat sopir bus menyerahkan satu lembar uang 50 ribuan. Setelah itu portal baru dibuka dan tiga mobil masuk bergantian.

Pengunjung mulai berdatangan | dokpri

Suasana pantai siang itu, sudah ramai. Gasebo sebelah Utara telah dipakai oleh rombongan lain. Bahkan mereka sudah sebagian main di laut. Sebagian lagi tampak menyiapkan makanan di atas tikar.

Setelah parkir kami pun menuju salah satu Gasebo di sebelah Selatan yang masih kosong. Barang bawaan semua diturunkan. Yang laki-laki menyiapkan perapian untuk bakar sate. Ibu-ibu melepas di meja gasebo makanan yang sudah masak. Sementara anak-anak sudah berlarian mendekati laut. Bahkan sudah lepas baju siap untuk berenang. Ibunya menjaganya dengan penuh waspada jika ombak besar datang tiba-tiba.

Pantai Triple M di Kombi ini merupakan pantai favorit warga yang suka “bapontar” (rekreasi) secara rombongan. Selain fasilitas yang ada dipantai cukup mendukung untuk rombongan, juga bentangan pantainya landai dan luas serta ombaknya tidak terlalu besar.  Beberapa pohon Ketapang dan Kelapa yang tumbuh di pinggir pantai, cukup untuk berteduh dari sengatan matahari.

Sate bakar | dokpri

Sambil menunggu sate bakar matang, saya lihat ada kapal cargo ukuran besar sedang berlayar. “Kapal itu berlabuh di Pelabuhan Bitung. Sejauh mata memandang paling sekitar 15 menit lewat dari pandangan kita” kata Toreh sambil menunjukkan anaknya yang masih duduk SD untuk melihat kapal yang sedang berlayar.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline