Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Menyusuri Hutan Mangrove di Pantai Mor

Diperbarui: 3 Januari 2017   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hutan Mangrove Morosari Demak

Tulisan "Wisata Bahari Pantai Morosari" yang terpasang di pinggir Jalan Semarang - Demak KM 9, Bedono, Sayung, Demak terbaca jelas dari dalam mobil. Mobilpun kemudian berbelok kiri dan menyusuri jalan cor beton. Jika berpapasan dengan mobil lain, salah satu mobil harus berhenti dan mempersilakan mobil berlalu lebih dahulu.

Jalan cor beton dari jalan raya menuju pantai Morosari, desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah yang akrab disebut warga sebagai Pantai Mor, berjarak sekitar 3 km. Saat menyusuri jalan itu, saya melihat di sebelah kanan adalah sungai yang terkesan airnya tidak mengalir. Sedangkan di sebelah kiri, terbentang luas lahan tambak rakyat.

img-5624-jpg-586ba54eb893731419006fbb.jpg

Tak hanya tambak, setelah lewat satu kilometer masih ada rumah warga tampak kokoh berdiri. Siang itu, suasana sudah agak sepi. Hanya tersisa tulisan-tulisan "Jual kerang" dan "Dijual udang hidup dan bibit udang". Menurut warga, sejak pagi buta Pantai Mor menjadi pasar tradisional yang menjual aneka macam hasil tangkapan para nelayan yang melaut semalam.

Selain itu, di sela-sela tambak dan rumah, terlihat rumpun pohon bakau tumbuh setinggi manusia lebih. Konon pohon bakau ini ditanam setelah terjadi peristiwa naas puluhan tahun yang lalu, berupa tenggelamnya pemukiman warga akibat abrasi yang berakibat rob.

Perahu yang siap antar ke hutan mangrove (dokpri)

"Karena terjadi abrasi, warga di sini ramai-ramai meninggalkan rumah karena rumahnya tenggelam oleh rob. Akibatnya desa ini menjadi desa mati" tutur Pak Slamet sambil menyerahkan tiket wisata mangrove kepada saya.

Cuaca agak mendung. Udara tak begitu membuat gerah di badan. Sebelum memasuki ujung pantai Mor, seorang petugas di dekat loket masuk menghentikan mobil saya.

"Per orang tiket masuk Wisata Bahari Morosari hanya Rp. 7.000,- dan ditambah parkir mobil Rp. 2.000,-" kata petugas. Lalu saya bayar untuk tujuh orang termasuk dua anak kecil.

Setelah mobil diparkir, saya dan rombongan langsung turun dari mobil. Siang itu, tidak terlalu banyak orang berkumpul di pantai Mor, kecuali enam mobil dan beberapa sepeda motor terpakir. Mungkin para pengunjung sudah lebih dahulu naik perahu menuju ke hutan mangrove atau ke makam Mbah Syekh Abdullah Mudzakir, tetua yang dihormati karena berjasa dalam menyebarkan agama Islam.

Masjid di dekat Makam Syekh Abdullah Mudzakir

Melaut cari ikan (dokpri)

Sebelum berangkat, saya diskusi dengan Andre keponakan saya tentang hutan mangrove mana yang akan dikunjungi. Ada dua pilihan. Hutan mangrove yang ada di kawasan Pantai Maron yang lokasinya tak jauh dari Bandara Ahmad Yani atau yang ada di sekitar Pantai Morosari Sayung Demak.

Ke dua tempat itu belum pernah saya kunjungi. Saya ikut pilihan Andre karena dia yang tahu jalan. Tak hanya itu, berdasarkan informasi yang saya baca, ada kisah miris yang dialami warga setempat. Banyak rumah warga desa sekitar pantai Morosari, kecamatan Sayung, desa Bedono, Demak terkena abrasi dan kemudian tenggelam karena rob. Kurang lebih sepuluh tahun yang lalu warga eksodus ke pemukiman lain.

Karena informasi itulah, saya makin penasaran dengan objek wisata Hutan Mangrove Morosari sekaligus ingin melihat "desa mati" terkini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline