Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

"Ngulik" Ikan Kudu-kudu di Makassar

Diperbarui: 31 Maret 2016   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Senja di Pantai Losari (Dokpri)"][/caption]Bila minat yang sama dipadukan, maka akan terjadi persahabatan. Begitulah awal perjumpaan saya dengan seorang traveler dari Jakarta yang menyukai dunia fotografi. Namanya Liza Monalisa, seorang perempuan paruh baya yang terkesan ramah.

Di pantai Losari, kami bertemu dan bercerita sambil menunggu terbenamnya matahari. Ternyata Liza tak hanya menyukai fotografi, tetapi pencinta kuliner. Lewat hapenya, Liza memperlihatkan foto ikan goreng tapi bentuk ikannya aneh dan sedikit seram.

[caption caption="Penampakan ikan kudu-kudu goreng (Dokpri)"]

[/caption]“Semalam saya makan ikan kudu-kudu goreng. Ini ikan katanya hanya terdapat di Makassar. Disajikan sudah terbelah kayak gini. Rasanya lembut beradu dengan tepung goreng yang membalutnya,” ceritanya dengan penuh bangga.

Ikan kudu-kudu ini memang menjadi incaran para wisatawan. Seolah-olah belum lengkap rasanya kalau belum “ngulik” ikan kudu-kudu. Begitu diperlihatkan foto tadi, rasa penasaran saya mulai membuncah dengan satu tekad, saya harus berburu kuliner aneh ini. Yah, mumpung saya sedang berada di Makassar.

[caption caption="Ramainya tempat pelelangan ikan Paotere (Dokpri)"]

[/caption]Setelah mengunjungi bongkar muat barang dan menghayati sejarah kejayaaan orang Bugis abad ke 14 lewat kapal Phinisinya di Pelabuhan Paotere, saya dan Liza diantar ke tempat pelelangan ikan oleh ak Aris sopir rental kami. Akses menuju pasar ikan itu, sebenarnya tidak jauh dari pelabuhan, hanya karena Jumat pagi (25/3/2016) itu hari libur, kepadatan lalu lintas sedikit menghambat laju kendaraan.

[caption caption="Akses ke tempat pelelangan ikan (Dokpri)"]

[/caption]Langkah-langkah kaki kami membelah hilir mudik orang yang datang pergi berbelanja ikan di pelelangan ikan yang becek. Banyaknya kendaraan roda dua yang terparkir di jalan menuju ke pelelangan mempersempit ruang gerak para para pejalan kaki. Pagi itu, suasana pasar ikan memang sangat ramai.

Tetibanya di lokasi penjualan ikan, saya sedikit kaget saat melihat begitu banyak jenis ikan segar yang dijual di tempat pelelangan ikan. Ikan kerapu, ikan baronang, ikan cepak, ikan pari, ikan tuna, ikan kakap merah, ikan napoleon (lucangka), ikan hiu dan ikan lainnya yang tidak saya ketahui. Di samping itu, saya melihat cumi ukuran besar, kepiting, udang, kerang, juga dijual di situ.

[caption caption="berbagai jenis ikan (dokpri)"]

[/caption]“Mari pak, ikan baronang besar tiga ekor, lima puluh ribu saja. Bayar dan bawa pulang!” teriak penjual ikan di dekat saya. Tak lama kemudian seorang bapak langsung menyambar ikan itu dan ngacir meninggalkan penjual tadi.

Ikan yang saya cari belum saya temukan. Saya tanya kepada penjual ikan, katanya ikan kudu-kudu sangat langka kalaupun ada sudah dibeli oleh pelanggan. Rasa kecewa itu kemudian saya ceritakan kepada Liza di dalam mobil setelah kami meninggalkan tempat pelelangan ikan.

[caption caption="Pagi yang ramai (Dokpri)"]

[/caption]Sinar matahari pagi semakin terasa panas. Bersamaan dengan itu, para pembeli mulai beranjak dari tempat pelelangan ikan dengan membawa ikan yang dibelinya. Di ujung jalan, ada warung ikan bakar yang sedang ramai dikunjungi. Saya lihat di atas perapian, selain ikan ada juga cumi, udang sedang dibakar untuk melayani pembeli. Uhh asyiknya.

[caption caption="Warung ikan bakar (Dokpri)"]

[/caption]“Saya tidak melihat ikan kudu-kudu dijual tadi,” kata saya membuka percakapan. “Yah itu ikan, memang diincar pelanggannya. Paling restoran-restoran seafood di Makassar sudah pesan lebih dahulu,” kata Liza penuh semangat.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline