Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Sate Kolombi, Kuliner Tinggi Protein Dari Tondano

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13789951381799417449

[caption id="attachment_278353" align="alignnone" width="600" caption="Sate Kolombi Sedang Dibakar (dok.trilokon)"][/caption]

Setiap kali traveling atau jalan-jalan, rasanya belum lengkap kalau tidak berburu dan mencicipi kuliner yang dijual oleh masyarakat setempat. Setiap daerah pasti mempunyai aneka macam kuliner yang khas dan unik. Karena itu, selama anda berwisata, jangan lupa berwisata kuliner untuk mendapatkan sensasi cita rasa makanan dan masakan yang kadang tiada duanya.

Manado dan sekitarnya. Nah, ini dia salah satu destinasi wisata di Indonesia Timur yang menggoda wisatawan untuk datang. Meski Bunaken masih tetap menjadi daya tarik tersendiri, namun sekarang tak sedikit wisatawan yang melirik pada cita rasa masakan Manado yang bumbu-bumbunya pedas dan rempah-rempahnya terasa menggoyang di lidah. Konon lebih dari 20 macam bumbu dapur organik diolah di satu belanga sehingga masakan Manado memiliki asupan rasa yang unik dan khas.

“Sudah pernah mencicipi sate kolombi?” tanya saya pada temanku yang datang dari Surabaya. Ditanya begitu wajah temanku kelihatan mengerut sambil geleng-geleng kepala. Sama sekali tidak tahu, barang apa sate kolombi itu.

[caption id="attachment_278354" align="alignnone" width="600" caption="Cangkang Kolombi (dok.trilokon)"]

1378995207379399059

[/caption]

Saya sengaja tidak menjelaskan padanya karena ketika saya tanya soal kuliner Manado apa saja yang dia sudah ketahui dan rasakan. Temanku dari Surabaya ini menyebutkan, “Yang saya tahu…. bubur Manado, Paniki, Babi putar, Ragey, Tinorasak, Kuah Asam, Rengak, Biapong, Panada, Nasi Jaha. Apalagi ya…oh ya, saya tahu Sogili yang ternyata kalau di Jawa namanya belut. Tapi kalau kolombi saya belum tahu”.

Mendengar temanku bicara, saya makin paham rupanya wawasan kuliner temanku ini cukup luas. Apakah dia suka membaca info wisata kuliner di internet ya? Entahlah, Yang jelas tubuhnya yang gempal cenderung gendut dan buncit itu sudah menjadi bukti fisik kalau temanku ini suka sekali berkuliner.

[caption id="attachment_278355" align="alignnone" width="600" caption="Rm Ho-Ho Boulevard Tondano (dok.trilokon)"]

13789952851990101471

[/caption]

Theo, teman saya dari Surabaya, saya ajak ke arah Danau Tondano. Danau yang paling luas (4.278 ha) di Propinsi Sulawesi Utara. Danau ini masuk di wilayah Minahasa Induk dan diapit oleh Pegunungan Lembean, Gunung Kaweng, Bukit Tampusu, dan Gunung Masarang. Danau ini danau penghasil ikan air tawar seperti ikan mujair, pior/kabos, payangka wiko (udang kecil), nike sepat siang (arwana), tawes, pongkor, bontayan, lobster hitam, guramekupu-kupu, dan ikan karper.

Karena jam makan sudah tiba, maka Theo dan keluarganya saya ajak ke kawasan wisata kuliner di Boulevard Tondano yang jaraknya kurang lebih lima ratus meter dari bibir danau. Kawasan ini semakin berkembang menjadi kawasan kuliner karena masyarakat mendirikan rumah-rumah makan yang berjejer sepanjang jalan lurus yang di muka belakangnya masih tampak hamparan persawahan yang hijau. Rembesan air danau rupanya membuat kawasan ini subur dan menjadi sentra padi yang menopang kebutuhan beras wilayah Minahasa.

Setibanya di Boulevard Tondano, kami memilih rumah makan paling ujung Selatan. Nama rumah makan itu Ho-Ho. Saya pilih tempat itu karena ruangannya lega, masakannya cukup lengkap dan lumayan bersih. Di pojok ruangan saya lihat keyboard lengkap dengan sound systemnya. Alat musik ini memanjakan orang-orang Manado yang doyan menyanyi dan berdendang.

[caption id="attachment_278356" align="alignnone" width="600" caption="Sate Kolombi Siap Disantap Pe Sadap Do Do e (dok.trilokon)"]

13789953571041173814

[/caption]

“50 tusuk sate Kolombi, cukup kah? Saya juga sudah pesan kolombi masak satan dua porsi. Jagung bakar juga sudah saya pesan. Ada yang suka nasi merah atau nasi jagung? Atau nasi putih? Oh ya, selain sate kolombi ada menu lain. Silahkan dipilih di display kaca depan itu” kata saya seolah-olah seperti pemilik rumah makan. Maklum deh saya sering ke sini soalnya.

Theo sudah berdiri di lemari kaca tempat aneka maca masakan Manado dipajang. Dari tempat duduk, saya mendengar dan melihat Theo bertanya ini apa, itu apa sambil menunjuk masakan. Pelayan menjelaskan dengan ramah.

[caption id="attachment_278357" align="alignnone" width="600" caption="Kolombi Woku Santan Rica (dok.trilokon)"]

1378995428972436895

[/caption] [caption id="attachment_278358" align="alignnone" width="600" caption="Buntil Papaya (dok.trilokon)"]

1378995487336783709

[/caption]

Saat makanan disajikan di meja, saya baru tahu kalau Theo pesan bebek woku rica, daun pepaya pahit (dimasak seperti buntil), dan mujaer bakar. Tentu masih ada tambahan sate kolombi, milu bakar dan minumnya kelapa muda.

“Sate kolombi rasanya kenyal pedas tapi enak dan empuk” ujar Theo sambil menggigit satu persatu daging sate Kolombi dengan lahapnya.

[caption id="attachment_278359" align="alignnone" width="600" caption="Nike Ikan Kecil Danau Tondano (dok.trilokon)"]

13789955661841225728

[/caption]

“Tahu nggak apa itu Kolombi? Sebenarnya di Jawa juga ada. Kolombi itu ya keong mas. Kalau di Jawa sering dianggap hama tanaman padi di sawah. Tapi kalau di sini Kolombi hidup liar dan berada di genangan air dari rembesan Danau Tondano. Bahkan tak sedikit yang memeliharanya di area sawahnya karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi” cerita saya kepada Theo wong Suroboyo.

“Sekarang ini banyak orang datang makan ke Boulevard Tondano karena suka makan sate Kolombi yang diklaim memiliki protein tinggi yang berguna untuk menambah vitalitas. Kalau dimakan dengan jagung atau milu bakar, mereka bilang pe sadap do do’e” lanjut saya sambil termehek-mehek karena menggunakan dialek Manado.

[caption id="attachment_278360" align="alignnone" width="600" caption="Milu Bakar Juga Dipesan (dok.trilokon)"]

1378995815589145158

[/caption]

Satu tusuk sate Kolombi dijual dengan harga Rp. 2.000,-. Tetapi kalau beli satu porsi Kolombi masak satan rica, harganya Rp. 20.000,- Kedua jenis makanan ini selain sedap dimakan dengan jagung bakar juga cocok dimakan dengan nasi merah.

Ingin mencobanya? Silahkan datang ke Boulevard Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline