Sebelumnya, disampaikan terima kasih kepada Goethe Institut Jakarta dan WWF Sulut yang telah memprakarsai terselenggaranya Science Festival Film 2012 di sekolah Lokon. Terus terang baru pertama kali ini saya melihat langsung festival itu selama dua hari berturut-turut (13-14 Nopember). Demilian juga sekitar 300 siswa memadati ruang mini theatre sekolah. Kepedulian Goethe dan WWF bagi siswa sangat membantu dalam proses pembelajaran tentang betapa pentingnya menyukai ilmu pengetahuan demi menjaga dan memelihara pelestarian alam bumi ini. Berikut ini catatan saya selama mengikuti pemutaran fim sains dalam rangka Science Film Festival. Siapa bilang remaja hanya suka bermain game dan menonton film laga yang mengandalkan kekerasan dan kekejaman manusia? Siapa bilang remaja hanya suka nonton film bertema percintaan saja? Remaja pada dasarnya suka dengan film yang bercerita tentang ilmu pengetahuan. Buktinya, saat menonton film para siswa saya lihat serius memperhatikan. Tak kurang ada yang mencatat di dalam bukunya hal-hal penting yang ditayangkan dalam fim. Misalnya istilah-istilah sains, proses pembuatan, nama-nama lokasi, peraturan dan aturan yang ada, dampak-dampaknya dan lain sebagainya.
Tak hanya mencatat hal-hal penting saja. Para siswa juga mau menjawab setiap pertanyaan host, Om Wilson dkk, untuk memperkaya dan memperdalam pesan yang disampaikan dalam setiap film sain yang diputar. Saya lihat mereka saling berebut untuk menjawab. Tentu tak hanya sekedar mendapatkan hadiah merchandiseyang disiapkan saja. Catatan lain yang saya lihat adalah bahwa proses pembelajaran lewat film terbukti efektif ketimbang mendengarkan ceramah yang mononton dan membosankan. Pemanfaatan teknologi informasi ini patut dicontoh para guru untuk menggali keingintahuan siswa dalam belajar terutama dalam sains. Sayang festival ini hanya dinikmati oleh para siswa Lokon dan SMA Negeri 7 Manado. Demikian informasi yang saya peroleh dari Elisabet, programer Goethe Institut. Seandainya banyak siswa yang dilibatkan tentu, makin luas upaya membangun kesadaran akan cinta pada pengetahuan di kalangan para siswa. Pemilihan materi film saya lihat cukup representatif dan edukatif. Namun, alangkah baiknya Goethe dan WWF bersama-sama mengadakan semacam lomba pembuatan film sains karya remaja. Jika ada, saya membayangkan para remaja makin mencintai ilmu pengetahuan karena terlibat langsung dalam pembuatan film sain. Semakin serimg diputar film sains karya remaja, makin menumbuhkan minat dan kreatifitas remaja dalam mengejawantahkan betapa senang dan tak membosankan belajar ilmu pengetahuan itu.
Indonesia banyak memiliki alam yang indah seperti Bunaken, Wakatobi, Raja Ampat dll. Tapi kalau hanya dieksplore sebagai destinasi wisata saja tanpa ada perhatian terhadap pelestarian dan penjagaan alam, niscaya habis sudah keindahan alam Indonesia. Mengapa? Sampah adalah masalah yang paling urgen. Belum ada budaya bersih seperti di negara tetangga Singapore, China, Eropa. Selain sampah adalah kerusakan terumbu karang dan penangkapan besar-besaran terhadap binatang yang hidup di laut, seperti ikan, udang, kepiting. Ekosistem laut terganggu bukan karena sampah tetapi ulah manusia yang rakus untuk konsumsi. Itulah catatan dari Science Film Festival 2012 yang diselenggarakan di sekolah kami. Terima kasih buat Goethe Insitut, lembaga kebudayaan Jerman yang ada di Indonesia yang telah megedukasi siswa tetang pelestarian lingkungan alam dalam megatasi global warming.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H