Lihat ke Halaman Asli

Tri Lokon

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

DBL Sulut 2014: Didik Mental Siswa lewat Olahraga Basket

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_313210" align="aligncenter" width="600" caption="MIS (Biru) VS Losnito (Putih) di Semifinal (dok.trilokon)"] [/caption]

Tawuran, narkoba, geng motor, penjambretan, pemerkosaan, anak- anak jalanan dan kenakalan lainnya, masih menjadi masalah dan keprihatinan besar pemerintah khususnya para punggawa pendidikan. Usia rata-rata para pelaku itu masih tergolong di bawah umur atau remaja. Tak sedikit mereka masih duduk di bangku sekolah.

Betapa kompleks-nya masalah itu sehingga tak sepenuhnya ter-solusi di institusi bernama sekolah, yang notabene adalah ruang dan waktu bagi peserta didik untuk belajar tentang bagaimana berhasil dalam hidup dan kehidupan. Ruang kelas boleh jadi adalah ruang yang membosankan bagi para siswa karena misinya dalam mencerdaskan anak bangsa.

Selama sepekan ini (17-22 Februari 2014)di Manado, Sulut digelar iven yang melibatkan antar pelajar se-Sulut. Developmental Basketball League (DBL), atau liga basket antarpelajar SMA/SMK, begitulah nama iven itu. Sebenarnya tak hanya di Manado, tercatat kegiatan DBL diselenggarakan di 25 kota besar di Indonesia. DBL itu sudah dimulai sejak 2004 dan Surabaya menjadi kota pertama diselenggarakannya liga basket antar pelajar ini.

[caption id="attachment_313211" align="aligncenter" width="600" caption="Seru dan Salng Memasukkan Poin (dok.trilokon)"][/caption]

Tahun 2014 ini DBL memasuki tahun ke 11. Dari tahun ke tahun penyelenggaraan DBL menjadi magnet tersendiri bagi para pelajar SMA/SMK seluruh Indonesia. 2013 kemarin tercatat 650 ribu penonton DBL di 23 kota. Sungguh DBL makin memikat hati para pelajar pencinta olah raga basket. Informasi selengkapnya silakan klik Developmental Basketball League 2014.

Meningkatnya animo para pelajar terhadap DBL itu membuat saya penasaran. Mengapa DBL digandrungi banget oleh para siswa dan sekolah-sekolah? Saya pun tertarik untuk mencari tahu soal itu. Apalagi sejak dua tahun lalu, DBL melebarkan sayapnya di tingkat SMP dengan nama JRBL (Junior Basketball League).

Untuk DBL series Sulut 2014 ini diikuti oleh sekolah-sekolah SMA/SMK dari Manado, Minahasa Selatan, Kotamobagu, Minahasa, Minahasa Utara dan Tomohon. Spetakuler penyelenggaraan iven DBL Sulut 2014, (termasuk di kota-kota besar lain di Indonesia) bukan hanya karena diminati oleh official partners, official suppliers dan offcial broadcaster sebagai sponsor resmi DBL, namun karena diakui oleh banyak sekolah kegiatan ini sangat positif bagi para pembentukan karakter siswa.

[caption id="attachment_313212" align="aligncenter" width="600" caption="Supporter MIS (dok.trilokon)"][/caption]

“Anak-anak banyak belajar dari adanya gelaran basket DBL yang diselenggarakan setiap tahun. Mulai dari pemain, OSIS, sekolah dan masyarakat” ujar Tommy Moga, Wakasek Kesiswaan Lokon.

Dijelaskan bahwa nilai-nilai yang dipetik dari kegiatan basket ini antara lain (mau tidak mau) membangun team basket yang solid. Kombinasi antara kekompakan, skill, konsisten, disiplin dan takut akan Tuhan menjadi prioritas dalam mempersiapkan tim yang unggul.

Selain itu OSIS pun belajar mengorganisir teman-temanya sebagai supporter. Peran supporter untuk membangkitkan semangat bertanding tim, sangat dicermati oleh OSIS. Tak hanya itu perang antar supporter juga sudah diantisipasi dengan membangun kekompakan dalam menyerukan yel-yel sepanjang pertandingan berlangsung..

[caption id="attachment_313213" align="aligncenter" width="600" caption="Penampilan Nicholaus Dance Suad (NDS) di Semifinal (Dok. trilokon)"][/caption]

“Pembinaan mental seperti bersikap sportif, fair play, militan, berani menyuarakan, berkorban, kompak, saling membantu, dapat diperoleh dari kegiatan DBL ini. DBL 2014 ini tak hanya tim-tim basket yang bertarung. Tetapi panitia juga melombakan dance dari masing-masing sekolah yang tampil sebagai partner tim saat berlaga. Dilombakan pula, tim loop 3X3 yang main setengah lapangan. Juga diadakan Journalist Competition, sebuah lomba repotase dan fotografi selama berlangsungnya pertandingan. Pokoknya iven DBL kali ini memang melibatkan banyak siswa” lanjut pak Tommy.

Billy Wongkar, Ketua OSIS, bercerita bahwa teman-temanya tak kenal lelah mengurus transportasi untuk supporter (Tomohon-Manado pp), kaos jersey dua warna untuk dukungan setiap kali bertanding, karcis masuk arena GOR Koni, balon supporter, spanduk, banner untuk menambah daya semangat para supporter. “Ya, repot, lelah dan banyak biaya yang dikeluarkan tapi semua itu demi kemenangan tim kami” ungkap Billy sambil mendesah lirih saat mengingat ada 600-an siswa yang harus diorganisir oleh OSIS untuk menjadi supporter.

Setiap kali tim sekolah (putra-putri) bertanding di Manado, para supporter berangkat minimal dua jam sebelum jadwal bertanding. Ini dikarenakan jalur Tomohon-Manado masih putus setelah terjadi longsor beberapa titik di Tinoor (15/1) berbarengan dengan bencana banjir di Manado. Semua bus harus melalui Tanawangko, jalur Selatan menuju ke Manado, dan itu menghabiskan waktu sekitar 2 jam, kalau tidak terjadi kemacetan di jalur Kalasey, Malalayang.

Sebelum masuk final, Tim Cowok Losnito harus bertanding 4 kali dengan catatan kalau kalah, gugur. Tim Putri Losnito kandas di delapan besar. Keberhasilan tim cowok diikuti dengan tim A Losnito untuk 3 X3 kompetisi dan Tim Dance yang masuk ke final juga.

Di final, Sabtu (22/2) tim basket cowok Losnito akan berhadapan dengan tim Benzar. Sedangkan tim putri Benzar melawan tim MIS. Untuk 3x3, tim Losnito A akan melawan tim MIS. Sedangkan Tim Dance akan bersaing dengan 4 tim dance lainnya yang berasal dari SMA 9, Benzar, SMAN 1, dan MIS.

Hebatnya lagi, DBL ini menjaring 10 pemain putra-putri untuk masuk dalam “the first team”, termasuk pelatih terbaik. Setelah masuk dalam nominasi itun lalu dipilih dua pemain putri dan dua pemain putra untuk masuk “the dream team” yang dikirim ke Surabaya. Di kota asal DBL ini, mereka dipertemukan dengan pemain-pemain pilihan dari 25 kota penyelenggara DBL. Setelah itu para pemain diseleksi lagi untuk masuk dalam tim khusus yang selama sebulan dilatih NBA Amerika. Pemain terpilih tak usah mengeluarkan biaya sepeser pun alias gratis.

[caption id="attachment_313214" align="aligncenter" width="600" caption="Akhir Laga, Bersalaman (dok.trilokon)"][/caption]

Seperti final tahun sebelumnya, biasanya supporter tak hanya para siswa tetapi semua guru dan karyawan Yayasan dari TK, SD, SMP dan SMA ikut “turun gunung” mendukung timnya yang berlaga di partai final. Kalau dihitung, jumlah supporter setiap sekolah bisa mencapai ribuan. Kalau yang berlaga di final 4 sekolah yah sekitar 4 ribuan penonton memadati GOR KONI Sario di Manado.

Apakah DBL Sulut 2014 akan menumbuhkembangkan nilai-nilai edukatif, inovatif, kreatif, moral dan mental karakter siswa? Jawabannya sudah pasti “ya”. Lebih jelasnya ada di laga final nanti. Namun setidak-tidaknya telah ter-gambar bahwa pendidikan itu terus berlangsung sepanjang hidup manusia dan di saat itualh terjadi proses “learning by doing” tentang kepemimpinan, disiplin diri, konsistensi dan pengembangan bakat, minat dan soft skill.

Hidup DBL. Hidup Basketball.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline