Lihat ke Halaman Asli

Julianda BM

ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Membangun Budaya Politik Sehat: Mendorong Peran Oposisi yang Konstruktif

Diperbarui: 1 Maret 2024   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber gambar: https://pks.id/

Oleh: Julianda BM

Demokrasi bagaikan orkestra yang indah. Di dalamnya, berbagai elemen berpadu memainkan melodi harmonis, menciptakan simfoni yang menyejukkan telinga. 

Di antara elemen-elemen tersebut, peran oposisi bagaikan biola yang menari dengan gesit, melengkapi melodi utama dengan nada-nada kritis dan konstruktif.

Namun, dalam realitas politik Indonesia, peran oposisi sering kali terjebak dalam melodi yang disonan, terjerumus dalam polarisasi dan permusuhan. 

Alih-alih membangun budaya politik yang sehat, oposisi terjebak dalam pusaran kontestasi dan kritik tanpa solusi.

Lalu, bagaimana membangun budaya politik yang sehat dengan mendorong peran oposisi yang konstruktif? Mari kita selami lebih dalam.

Mendefinisikan Peran Oposisi yang Konstruktif

Oposisi bukan sekadar penentang. Peran oposisi jauh lebih mulia daripada sekadar menjadi batu sandungan bagi pemerintah. 

Oposisi yang konstruktif adalah mitra kritis yang mengawasi jalannya pemerintahan, menawarkan solusi alternatif, dan memperkaya diskursus politik dengan ide-ide segar.

Membangun Fondasi Kepercayaan

Kepercayaan adalah fondasi utama dalam membangun budaya politik yang sehat. 

Oposisi harus mampu membangun kepercayaan publik dengan menunjukkan integritas, komitmen, dan konsistensi dalam menjalankan perannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline