Oleh: Julianda BM
Kemiskinan bagaikan benalu yang menggerogoti fondasi demokrasi. Di balik gemerlapnya sistem politik yang menjunjung tinggi kesetaraan, ironisnya, jutaan rakyat masih terjebak dalam lilitan kemiskinan struktural yang bagaikan rawa-rawa, menjerat mereka dalam keterpurukan dan memarginalisasi mereka dari arus kemajuan.
Kemiskinan struktural bukanlah kemiskinan yang muncul karena nasib buruk atau kekurangan individu. Ia adalah produk dari sistem yang timpang, di mana akses terhadap sumber daya, pendidikan, dan kesempatan terdistribusi secara tidak adil. Ketidakadilan ini tertanam dalam struktur sosial, ekonomi, dan politik, menciptakan lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
Di negara-negara demokrasi, rakyat memiliki suara untuk menentukan arah bangsa. Namun, suara mereka sering kali teredam oleh dominasi elit politik dan ekonomi. Kebijakan yang lahir pun lebih berpihak pada kepentingan kelompok tertentu, alih-alih memperjuangkan kesejahteraan rakyat miskin.
Lantas, bagaimana cara memutus rantai kemiskinan struktural dalam demokrasi? Jawabannya terletak pada ketahanan masyarakat. Masyarakat yang tangguh adalah masyarakat yang mampu bersatu dan melawan sistem yang timpang. Mereka memiliki kekuatan untuk mendorong perubahan dan menuntut keadilan.
Membangun ketahanan masyarakat bukan perkara mudah. Diperlukan upaya kolektif dan multidimensi untuk mencapainya. Berikut beberapa pilar utama yang perlu diperkuat:
1. Kesadaran dan Solidaritas
Masyarakat perlu disadarkan tentang akar permasalahan kemiskinan struktural.
Mereka harus memahami bahwa kemiskinan bukan takdir, melainkan akibat dari sistem yang tidak adil.
Kesadaran ini akan memicu solidaritas dan mendorong mereka untuk bersatu melawan penindasan.