Oleh: Julianda BM
Di era digital yang bergerak cepat ini, roda kehidupan berputar semakin kencang. Generasi baru bermunculan dengan membawa ide-ide segar dan cara pandang yang berbeda.
Di sisi lain, generasi sebelumnya masih memegang teguh nilai-nilai dan tradisi yang diwariskan. Perbedaan ini memunculkan potensi konflik antar generasi, sebuah fenomena yang tak terelakkan dalam perjalanan sejarah.
Generasi yang Berbeda, Pandangan yang Berbeda
Setiap generasi dibentuk oleh pengalaman dan konteks zamannya. Generasi Baby Boomers, yang lahir di era pasca-Perang Dunia II, dikenal dengan etos kerja keras dan komitmennya yang tinggi.
Generasi X, yang lahir di era transisi teknologi, dikenal dengan kemandirian dan pragmatisme. Generasi Milenial, yang lahir di era digital, dikenal dengan keakrabannya dengan teknologi dan kepedulian terhadap isu sosial.
Generasi Z, yang lahir di era internet, dikenal dengan kreativitas dan jiwa entrepreneurship.
Perbedaan latar belakang ini melahirkan perbedaan pula dalam cara pandang dan nilai-nilai yang dianut. Generasi Baby Boomers lebih menekankan nilai-nilai tradisional seperti hormat kepada orang tua dan kerja keras.
Generasi X lebih pragmatis dan individualis. Generasi Milenial lebih terbuka terhadap perubahan dan peduli terhadap isu-isu global. Generasi Z lebih kreatif dan berani mengambil risiko.
Potensi Konflik Antar Generasi
Perbedaan-perbedaan ini dapat memicu potensi konflik antar generasi. Generasi tua mungkin merasa terancam dengan ide-ide baru dan cara hidup generasi muda. Generasi muda mungkin merasa tidak dimengerti dan diremehkan oleh generasi tua.
Beberapa contoh potensi konflik antar generasi: