Lihat ke Halaman Asli

Julianda BM

ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Perlindungan Hak Asasi Perempuan dan Anak Rohingya

Diperbarui: 30 Desember 2023   13:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. HIDAYATULLAH via bbc.com

Oleh: Julianda BM

Perempuan dan anak Rohingya adalah kelompok yang paling rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Mereka telah mengalami berbagai bentuk kekerasan dan diskriminasi, baik di Myanmar maupun di negara-negara pengungsian.

Pada tahun 2017, militer Myanmar melakukan serangan brutal terhadap warga Rohingya di Rakhine. Serangan tersebut menyebabkan lebih dari 700.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh. (Sumber di sini)

Di Bangladesh, perempuan dan anak Rohingya terus mengalami berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, perdagangan manusia, dan diskriminasi dalam mengakses pendidikan dan layanan kesehatan.

Perlindungan hak asasi perempuan dan anak Rohingya adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah, masyarakat internasional, dan organisasi kemanusiaan harus bekerja sama untuk memberikan perlindungan yang efektif bagi mereka.

Perempuan Rohingya: Korban Kekerasan Seksual

Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang paling mengerikan yang dialami oleh perempuan Rohingya adalah kekerasan seksual. Kekerasan seksual ini dilakukan oleh militer Myanmar, aparat keamanan, dan bahkan warga setempat.

Menurut laporan Human Rights Watch, lebih dari 10.000 perempuan Rohingya telah menjadi korban kekerasan seksual. Kekerasan tersebut meliputi pemerkosaan, pelecehan seksual, dan perbudakan seksual.

Kekerasan seksual terhadap perempuan Rohingya memiliki dampak yang sangat traumatis. Para korban mengalami trauma fisik dan psikologis yang mendalam. Mereka juga rentan terhadap penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.

Anak Rohingya: Korban Diskriminasi

Anak-anak Rohingya juga menjadi korban diskriminasi di Myanmar dan negara-negara pengungsian. Mereka mengalami diskriminasi dalam mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja.

Di Myanmar, anak-anak Rohingya tidak memiliki akses ke pendidikan formal. Mereka hanya dapat bersekolah di sekolah-sekolah yang dikelola oleh komunitas Rohingya sendiri. Sekolah-sekolah tersebut seringkali kekurangan fasilitas dan tenaga pengajar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline