Lihat ke Halaman Asli

Julianda BM

ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Perempuan, Melodi Perubahan di Simfoni Kehidupan

Diperbarui: 17 Desember 2023   04:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber gambar: perkim.id

Bayangkan dunia bagai simfoni agung, penuh instrument harmoni dan disonansi, melodi gembira dan ritme tangis. Di jantung simfoni itu, perempuan adalah konduktor tak terlihat, jemarinya mengantarai tiap nada, menenun benang perubahan ke dalam jalinan kehidupan. Dia bukan sekadar penghias panggung, tapi kreator orkestra, penentu arah aliran musik, penggenggam harmoni dunia.

Label "agen perubahan" mungkin terkesan abstrak, namun lihatlah ke sekeliling. Ibu yang berjuang menyekolahkan anaknya walau dihimpit kemiskinan, aktivis yang menentang ketidakadilan walau dicemooh, pengusaha sosial yang mengentaskan kemiskinan walau digoda pesimisme - dialah para maestro orkestra. Mereka tak bersenjatakan pedang atau megaphone, tapi pena, tekad, dan kepekaan sosial yang tajam.

Kekuatan perempuan sebagai agen perubahan berakar pada empat orkestrasi kehidupan:

Pertama, orkestrasi hati. Perempuan dikaruniai empati yang dalam, kemampuan merasakan denyut dunia lewat panca indera jiwanya. Mereka melihat penderitaan bukan sekadar angka, tapi kisah-kisah nyata yang mengoyak. 

Ibu yang merasakan kelaparan anaknya di perutnya sendiri, aktivis yang mendengar jeritan ketidakadilan dalam debar jantung kaum tertindas, itulah melodi yang menggerakkan mereka beraksi.

Kedua, orkestrasi pikiran. Perempuan bukan hanya mahluk emosional, tapi pemikir handal. Mereka mampu menganalisis masalah, merancang strategi, dan memimpin perubahan dengan kecerdasan. 

Pengusaha sosial yang menyusun model bisnis untuk pemberdayaan, peneliti yang menemukan solusi inovatif untuk kesehatan masyarakat, itulah harmoni otak dan hati yang menghasilkan gebrakan nyata.

Ketiga, orkestrasi jaringan. Perempuan adalah seniman jaringan, menjalin benang solidaritas dan kolaborasi. Ibu yang membangun kelompok arisan untuk saling menguatkan, aktivis yang membangun koalisi antar NGO untuk memperjuangkan keadilan, itulah kekuatan kolektif yang menguatkan langkah perubahan. Dalam jalinan tangan perempuan, gerakan menjadi tak terbendung.

Keempat, orkestrasi ketahanan. Perempuan terbiasa menghadapi tantangan. Diskriminasi, ketidaksetaraan, beban ganda, semua adalah ujian yang membentuk ketahanan mereka. Ibu yang tegar di tengah himpitan ekonomi, aktivis yang tak kenal lelah walau menghadapi ancaman, itulah resiliensi yang membuat mereka tak pernah padam dalam simfoni perubahan.

Simfoni perubahan yang digerakkan perempuan tak melulu bergema di panggung besar. Perubahan bisa dimulai dari hal kecil, dari ruang dapur dengan ibu yang mengajarkan pentingnya pendidikan pada anak, dari ruang kelas dengan guru yang menanamkan bibit keadilan pada murid, dari ruang desa dengan petani yang memberdayakan diri dan kelompoknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline