Lihat ke Halaman Asli

Julianda BM

ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

"Peternakan Politik", Ancaman Bagi Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat

Diperbarui: 9 Oktober 2023   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Shutterstock) 

Dewasa ini, fenomena "peternakan politik" semakin marak terjadi di Indonesia. Fenomena ini terjadi ketika pengusaha atau orang kaya memberikan modal kepada calon legislatif (Caleg) untuk bertarung dalam pemilihan umum. Tujuannya agar Caleg yang bersangkutan, bila terpilih, dapat memberikan keuntungan bagi usahanya.

Fenomena ini merupakan ancaman serius bagi demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Hal ini karena demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat. Rakyat memiliki hak untuk memilih wakilnya secara bebas dan tanpa paksaan. Namun, ketika pengusaha atau orang kaya dapat mengendalikan proses pemilihan Caleg, maka kedaulatan rakyat menjadi terancam.

Pengusaha atau orang kaya dapat menggunakan modalnya untuk mempengaruhi masyarakat agar memilih Caleg yang mereka inginkan. Mereka dapat melakukan berbagai cara, seperti kampanye hitam, penyebaran hoaks, atau bahkan suap. Hal ini dapat membuat masyarakat menjadi tidak teredukasi dan tidak dapat memilih pemimpin yang terbaik untuk mereka.

Selain itu, fenomena ini juga dapat menimbulkan praktik korupsi dan kolusi. Ketika pengusaha atau orang kaya berhasil mengendalikan pemerintahan, mereka dapat menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan bagi usahanya. Hal ini dapat merugikan masyarakat dan merusak perekonomian negara.

Fenomena "peternakan politik" ini dapat menimbulkan berbagai dampak negatif bagi demokrasi dan kesejahteraan rakyat, antara lain:

  • Kedaulatan rakyat terancam. Ketika pengusaha atau orang kaya dapat mengendalikan proses pemilihan Caleg atau bahkan calon kepala daerah, maka kedaulatan rakyat menjadi terancam. Rakyat tidak lagi dapat memilih pemimpinnya secara bebas dan tanpa paksaan.
  • Praktik korupsi dan kolusi meningkat. Ketika pengusaha atau orang kaya berhasil mengendalikan pemerintahan, mereka dapat menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan bagi usahanya. Hal ini dapat merugikan masyarakat dan merusak perekonomian negara.
  • Kesejahteraan rakyat menurun. Ketika pengusaha atau orang kaya menggunakan kekuasaannya untuk menguntungkan usahanya, maka hal ini dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Hal ini dapat merugikan masyarakat, terutama masyarakat miskin.

Oleh karena itu, fenomena "peternakan politik" perlu diwaspadai dan ditanggulangi. Pemerintah perlu mengeluarkan peraturan yang ketat untuk mencegah terjadinya praktik ini. Selain itu, masyarakat juga perlu diedukasi agar tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dari pengusaha atau orang kaya.

Berikut adalah beberapa solusi untuk mengatasi fenomena "peternakan politik":

  • Pemerintah perlu mengeluarkan peraturan yang ketat untuk mencegah terjadinya praktik ini. Peraturan tersebut dapat mengatur tentang larangan pemberian modal kepada Caleg dari pihak-pihak tertentu.
  • Masyarakat perlu diedukasi agar tidak mudah terpengaruh oleh propaganda dari pengusaha atau orang kaya. Masyarakat perlu diajarkan untuk berpikir kritis dan tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya.
  • Lembaga-lembaga demokrasi perlu diperkuat. Lembaga-lembaga demokrasi, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Ombudsman Republik Indonesia, perlu diberikan kewenangan yang lebih luas untuk menindak praktik korupsi dan kolusi.

Dengan mengatasi fenomena "peternakan politik", maka demokrasi di Indonesia dapat ditegakkan dan kedaulatan rakyat dapat dilindungi. Selain itu, kesejahteraan rakyat juga dapat ditingkatkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline