Belakangan ini, media sosial dihebohkan dengan tren anak SD yang menyayat tangan. Tren ini disebut sebagai self-harm, yaitu perbuatan menyakiti diri sendiri secara sengaja. Self-harm dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan menyayat tangan menggunakan benda tajam.
Tren self-harm di kalangan anak SD tentunya sangat mengkhawatirkan. Self-harm merupakan perilaku yang berbahaya dan dapat menimbulkan dampak serius, baik secara fisik maupun mental. Secara fisik, self-harm dapat menyebabkan luka, infeksi, bahkan kematian. Secara mental, self-harm dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan gangguan mental lainnya.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anak SD melakukan self-harm, antara lain:
- Tekanan dari lingkungan, seperti tekanan belajar, tekanan teman sebaya, atau tekanan keluarga.
- Pengalaman trauma, seperti pelecehan, kekerasan, atau kehilangan orang yang dicintai.
- Gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, atau gangguan kepribadian.
Penanganan self-harm di kalangan anak SD
Penanganan self-harm di kalangan anak SD perlu dilakukan secara komprehensif, baik dari segi fisik maupun mental. Penanganan fisik meliputi penanganan luka dan infeksi yang disebabkan oleh self-harm. Penanganan mental meliputi penanganan gangguan mental yang mendasari self-harm, serta terapi untuk membantu anak mengelola stres dan emosi secara sehat.
Peran orang tua dan guru
Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam mencegah dan menangani self-harm di kalangan anak SD. Orang tua dan guru perlu memberikan perhatian dan dukungan kepada anak, serta mengajarkan anak tentang pentingnya mengelola stres dan emosi secara sehat.
Berikut adalah beberapa tips untuk orang tua dan guru dalam mencegah dan menangani self-harm di kalangan anak SD:
Kenali tanda-tanda self-harm. Beberapa tanda-tanda self-harm antara lain:
- Anak sering menyendiri atau menarik diri dari lingkungan sosial.
- Anak mengalami perubahan suasana hati yang drastis.
- Anak sering berbicara tentang kematian atau bunuh diri.
- Anak memiliki luka atau bekas luka di tubuhnya.
Berikan perhatian dan dukungan kepada anak. Luangkan waktu untuk mendengarkan anak dan bantu anak untuk mengungkapkan perasaannya.