Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar untuk menjadi produsen dan eksportir gas dunia. Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain:
- Posisi geografis yang strategis
Indonesia terletak di antara dua benua, yaitu Asia dan Australia, serta dua samudera, yaitu Pasifik dan Hindia. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai jalur transit penting bagi perdagangan internasional. Selain itu, Indonesia juga dikelilingi oleh negara-negara besar yang membutuhkan gas alam, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China.
- Cadangan gas alam yang besar
Berdasarkan data dari BP Statistical Review of World Energy 2023, Indonesia memiliki cadangan gas alam sebesar 2,8 triliun meter kubik. Cadangan ini menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil gas alam terbesar ke-13 di dunia.
- Kapabilitas produksi yang memadai
Indonesia memiliki kapasitas produksi gas alam sebesar 2,5 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). Kapasitas ini masih dapat ditingkatkan dengan adanya investasi dan pengembangan teknologi.
- Infrastruktur pendukung yang memadai
Indonesia memiliki infrastruktur pendukung yang memadai untuk mengekspor gas alam, seperti fasilitas pengolahan gas alam cair (LNG).
- Pemerintah yang pro-investasi. Pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai insentif fiskal dan non-fiskal untuk menarik investasi di sektor migas.
Kesempatan Indonesia untuk menjadi negara penghasil gas dunia semakin terbuka lebar dengan adanya krisis energi global yang terjadi saat ini. Krisis ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perang di Ukraina dan upaya negara-negara untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia dapat menjadi pemain penting dalam memenuhi kebutuhan gas dunia. Hal ini akan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia, baik dalam hal penerimaan negara, penciptaan lapangan kerja, maupun pengembangan industri hilir gas.
Peran Gas Alam dalam Transisi Energi di Indonesia
Selain sebagai sumber energi, gas alam juga memainkan peran penting dalam transisi energi di Indonesia. Hal ini karena gas alam memiliki emisi gas rumah kaca yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil lainnya, seperti batu bara dan minyak bumi.
Pemerintah Indonesia menargetkan untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060. Dalam mencapai target tersebut, gas alam akan digunakan sebagai "jembatan" untuk menggantikan batu bara di sektor pembangkit listrik.