Liburan Corona sudah memasuki pekan ke-2. Para siswa/i kami masih asik menikmati kebersamaan dengan keluarga masing-masing. Semoga mereka masih sehat. Semoga tak ada pula yang suka keluyuran dan meninggalkan rumah dan kampungnya. Tugas-tugas yang diberikan oleh bapa/ibu guru kiranya telah mereka tuntaskan.
Sementara mereka menikmati kebersamaan dengan keluarga, kami para pembina masih setia di sini, di Seminari Menengah St. Yohanes Paulus II, Labuan Bajo. Kami mengisolasi diri di komunitas. Tidak ada pelayanan sakramental dan nonsakramental di luar komunitas. Tentu saja ini mengikuti instruksi bapa uskup Ruteng, juga mentaati aturan yang ditegakkan oleh pemerintah. Tetap tinggal di sini sambil berdoa, olahraga mandiri, makan-minum, rekreasi, istirahat yang cukup dan sebagainya adalah cara kami menyembuhkan diri sendiri dan sesama, menyembuhkan dunia yang sedang sakit-terluka karena Corona.
Ada satu hal sederhana tapi menarik yang saya renungkan beberapa hari terakhir ini. Apakah itu? Kaca spion sepeda motorku. Ada apa dengannya? Mari saya ceritakan.
Ketika anak-anak ada di sini (masih sekolah), hampir setiap hari kaca spion sepeda motorku selalu miring/bengkok kiri-kanan atau atas-bawah. Pokoknya tak beraturan. Apa penyebabnya? Tak lain adalah para siswa yang suka 'bersolek.' Hampir setiap kali melewati kamar saya, oknum-oknum terkait berhenti sejenak di sepeda motorku: mengarahkan pandangan ke kaca spion dan bersolek sejenak, usap pipi, goyangkan rambut rigit (keriting) sambil senyum-senyum kecil. Barangkali mereka mengecek atribut-onderdil pada wajahnya, mungkin ada yang sudah hilang atau sudah kusam-keriput termakan usia. Saat itulah mereka putar atau miringkan kaca spion itu.
Seminggu telah berlalu. Ceritanya lain sudah. Kaca spion tak lagi miring atau bengkok sana-sini, atas-bawah, kiri-kanan. Tak ada lagi yang mengacaukannya. Kaca spion aman. Di satu sisi saya senang. Di lain sisi tidak. Kadang-kadang saya merindukan kaca spion miring/bengkok, walau dulu ada saatnya kesal nyaris jengkel. Hal kecil-sederhana ini mengajarkanku arti kerinduan.
Ya benar, hal yang kadang-kadang menjengkelkan, rupanya dirindukan juga pada saatnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H