Lihat ke Halaman Asli

Melihat Pendidikan dari Sudut Sempit

Diperbarui: 9 Agustus 2016   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya tidak begitu peduli menghitung,sudah berapa lama Bapak Mendikbud yang baru ini menjabat. Saya awalnya hanya sangat senang kala Anies Baswedan diganti. Sayaberpikir Anies membuat “kegaduhan” dalam dunia pendidikan dengan lebih sering melempar isu lalu belakangan membuat regulasi.Pengalaman di lapangan, hal ini lebih menimbulkan kebingungan. 

Saya pikir, Anies tidak termasuk menteri yang membuat gaduh. Belakangan saya gali, bahwa pelengseran beliau lebih karena tidak fokus mengurus Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang merupakan program unggulan Presiden. Anies bekerja dengan konsepnya sendiri, namun presiden ingin yang dijalankan “tangan kanannya”adalah visi dan misinya. 

Lalu, Anies pun pergi.

Beberapa dari kita masih meratapi kepergian Anies. Di tengah suasana gundah gulana ini, muncul petir yang menyambar. Bagaimana tidak, biasanya ganti menteri kemudian yang diganti adalah kurikulum. Sempat simpang siur berita soal Mendikbudbaru, Bpk Muhadjir Effendi yang mengisukan soal sekolah seharian penuh.

Sekolah Seharian (Seharian di Sekolah)

Sekolah seharian, begitulah kira-kirasaya menerjemahkan “Full Day School”. Hanya supaya tidak terjebakdalam keinggris-inggrisan. Bagaimana tidak seharian, rencananyasekolah dimulai dari 06.30 – 17.00. Saya tidak mau membantu Andamenghitung berapa lama siswa-siswi, anak-anak, bahkan guru-guru kitaberada di sekolah. Mari menghitung! Jangan lupa, imajinasikan ituberlaku untuk anak SD? SMP? Atau SMA? 

Saya kutip saja pernyataan Beliau, supaya saya tidak terjebak dalam gagasan tanpa dasar.

Beliau menggagas bahwa dengan sistemfull day school ini secara perlahan anak didik akan terbangunkarakternya dan tidak menjadi liar di luar sekolah ketika orang tuamereka masih belum pulang dari kerja. Menurut Beliau, kalau anak-anaktetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugassekolah sampai dijemput orang tuanya setelah pulang kerja. (Sumber)

Penting untuk diluruskan bahwa keputusan ini hanya untuk pendidikan menengah yang dalam konsep saatini hanya menyangkut SD dan SMP. Jika kita menelusuri berbagai berita, ini yang akan kita temukan. Walaupun akan muncul kebingungan jika kita mengenal konsep PAUD, pendidikan dasar (SD), dan pendidikan menengah (SMP dan SMA). Mana yang sebenarnya disasar, tentu masih menjadi polemik sampai regulasinya keluar, atau dengan bahasa Pak Mendikbud menyebutnya payung hukum.

Mari kita kembali kepada konsep sekolah seharian. Pertama, sekolah seharian. Akan menjadi begitu panjang dan melelahkan harus sekolah seharian. Kedua, seharian disekolah. Semua insan yang secara langsung berhubungan dengan sekolah akan berada di sekolah seharian, baik itu guru, siswa, karyawan, dll.

Sekolah seharian dianggap meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Konsep ini membayangkan bahwa sekolah adalah satu-satunya tempat mendapat pengetahuan. Sekolah dianggap oase, tempat yang harus dicari dan dituju untuk mencari atau menemukan pengetahuan. Sekolah adalah sumber pengetahuan. Semakin lama seseorang di sekolah, semakin dia berkualitas. Semakinberkualitas, maka manusia Indonesia semakin baik dan maju di masadepan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline