Lihat ke Halaman Asli

SBY Masih Ingin Menjadi "Kekasih" Indonesia?

Diperbarui: 20 Maret 2016   11:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya, anda, kita semua adalah penikmat perseteruan, mengapa saya sebut perseteruan, karena media gemar memberikan pertarungan antara pemimpin dan sang mantan. Sudah sejak zaman sebelumnya jika sang mantan mengusik, maka kita akan mengira mantan itu iri, apakah benar..?

Ada sejoli yang sedang terbuai asmara, dalam perjalanan asmaranya mereka harus terpisah karena perbedaan pendapat, sang wanita dengan mudah kembali menjalin hubungan dengan seorang lelaki yang terlihat gagah,dan sang lelaki masih belum juga berhasil menemukan pasangan kembali, oh nasib.

Ketika sang mantan bertemu dengan teman dari wanita itu, maka terucap kalimat "ah dia masih saja menunjukan kesombongan seperti saat menjalin hubungan denganku,' lalu teman tersebut mengatakan kepada teman lainya, maka yang tercipta adalah sebuah "isu", ternyata mantan si dia masih mengharapkan untuk kembali,' berhubung sang wanita sudah mendapat pasangan, sang lelaki hanya bisa mencemooh.

Kepentingan pertama dari ucapan sang lelaki adalah "untuk mengacaukan hubungan sang wanita dengan pasangan barunya", dan berharap sang wanita akan kembali ke pangkuanya,' karena jika tidak ada kepentingan sudah tentu tidak akan hadir kalimat "ah dia masih saja menunjukan kesombongan seperti saat menjalin hubungan denganku".

Apakah analogi di atas bisa kita gunakan untuk hubungan antara Jokowi dan SBY.? atau sama jika kita menyebut SBY masih ingin kembali menjadi kekasih negeri ini. Mari kita cari jawab bersama :

Pertama, SBY adalah mantan pemimpin negara (eks Presiden) dua periode sebelumnya memimpin, tentu bukan waktu yang sebentar, Apakah SBY masih ingin bertahta.? SBY sendiri sudah mengatakan "bukan saya yang akan maju pada 2019, Demokrat akan mencari sosok yang tepat untuk melawan pak jokowi".

Di saat SBY menjabat selama dua periode sebagai kekasih Indonesia, kritikan melalui cuitan ataupun media tidak terdengar secara keras dari seorang Megawati, tercatat Megawati hanya beberapa Kali mengkritik, untuk itulah Mega terkenal dengan julukan "diam itu emas,' 10 tahun tentu bukan waktu yang sebentar, terbuka ruang yang banyak sekali untuk mega mengkritik secara terus menerus, tapi itu tidak di lakukan oleh Megawati terhadap SBY, oh nasib".

KH Abdurahman wahid, yang harus lengser dan kemudian di gantikan megawati,juga tidak terlihat secara keras maupun secara intens menyindir ataupun mengkritik Megawati, selama kepemimpinan Megawati selama lebih dari tiga tahun, Mega menjalankan pemerintahan dengan tidak di ganggu sang mantan (KH Abdurahman Wahid).

[caption caption="sumber : silontong.com"][/caption]

Cukup dua perisai sebagai contoh hubungan kekasih Indonesia (Presiden) dengan sang mantan, kenapa saya sebut Presiden adalah kekasih dari sebuah negara, karena Presiden dipilih Rakyat, yang secara otomatis menjadi kekasih Rakyat juga, maka mantan Presiden adalah juga mantan kekasih negara dan rakyat.

Apakah cuitan SBY pada media tentang pemerintahan Jokowi bisa di katakan dari sebuah sikap iri ingin kembali menjadi kekasih negara..? anda lihat contoh di atas, jika contoh itu masuk dalam logika pemikiran, maka pergunakan, jika tidak, abaikan saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline