Al-Fatehah – PEMBUKA
Membuka kesadaran diri pada “inti” Syukur’, yakni “ta’dzanna rabbukum; mengadanya “sang” penyeru (perihal) TuhanMu (untuk ditunjukkan Keberadaan Al-GhaybNya “DIA”. “Dia, Yang menjadikan (hakekat) ‘pendengaran’, dan (hakekat) ‘penglihatan’dan “Al-Afidah” (kecerdasan hati menuju pembuktian persaksian pada titik temu dua Dzat di dalam Hati nurani, yakni kesadaran hakekat fitrah manusia yang asal fitrah dari Fitrah Allah Sendiri dapatnya bersatu kembali dalam “persaksian” hakekat fitrah kemanusiannya).
Kesadaran atas KEFAQIRAN sebagai hamba, maka akan sangat kuat kebutuhannya untuk menuju kepada Keberadaan Diri Tuhannya (dalam persaksian yang sesungguhnya), sebab hanya jika dalam kesadaran bersama dengan Ahadiyat Tuhan, maka hidup dan kehidupannya didalam nilai dan makna penghambaan, dan hanya dengan memakrifatiNya, maka mengenaliNya, maka mendzikiriNya, dan hanya dengan dzikr hati menjadi tentram.(bukan dalam sekedar keyakinan tanpa bukti, juga bukan kira-kira, prasangka, tafsir-tafsir dan kira-kira)
Bersama (Dengan Dzat Al-GhaybNya) Yang EmpuNya Nama Allah, (Dialah) Yang Maha luas SayangNya (meliputi bagi semua makhlukNya dimuka Bumi) dan (Dialah) Yang Maha kekal KasihNya (bagi hamba-hamba-Nya yang diKasihi).
Hanya bagi-Nya segala bentuk pujian, Tuhan semesta alam (Sang Pencipta, Sang Pemilik, Sang Kuasa, Sang Pemilik Daya dan Kekuatan. Dan tempat Asal mula kejadian/keberadaan dan tempat Kembali segala sesuatu, Kemuliaan, keagungan, Kekuasaan, Kekuatan Kesucian, Mutlak Milik-Nya, sebab hamba adalah feqir tidak bisa apa-apa dan tidak ada apa-apanya, tempatnya salah, tempatnya kurang dan tempatnya dosa).
(Nyata) DIA adalah Maha Kasih dan (nyata) DIA Maha Sayang. Pemilik Kerajaan, Penguasa yaumiddin ( hari Addiin; kesadaran dalam kerajaan, kekuatan dan kekuasaan Allah; kehidupan sehari-hari dalam kesadaran al-khudhu’ al-mutlak, apapun bentuk aktifitas dan kegiatan yang dilakukan setiap saat setiap waktu; diniatkan, ditujukan dan ditekadkan untuk pemrosesan diri kembali kepada Diri Dzatullah hingga sampai, hingga selamat jika sewaktu-waktu masa pakai jasad habis),
Hanya kepada Engkau kami mengabdi (beribadah, menyembah hingga hadir seyakinya nyata dikenali KeberadaanNya di dalam rasa hati), dan hanya kepada Engkau kami memohon belas kasih dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan.
(selalu) Tunjuki kami jalan kembali kepada-Mu jalan Shiratal Mustaqim (yang Lahir menjalankan syareat yakni tatanan lahiriyah, yang dalam batin menjalankan hakekat yakni ingatnya Keberadaan Diri Dzatullah Yang Al-Ghayb dalam hati nuraninya).
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat (Ar-Ra’du 28. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. pada mereka, bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai (karena keakuan dan ego wujud diri, diaku pandainya, diaku bisanya, diaku pintarnya. Kemulian yang diaku, kekuasaan yang diaku, kekuatan yang diaku, keagungan yang diaku, merasa cukup, merasa telah paling benar dan merasa paling suci, ujub, arogan, sombong, , riya, iri, dengki, sum’ah, ujub dan takabur), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (tanpa ilmu, tanpa CahayaNya, tanpa Al-Huda, tanpa nadziron, menjadi gelap; memang, dunia ini pada dasarnya gelap segelap dada tanpa cahayaNya sehingga mengira-ngira, menafsir-nafsir berprasangka-prasangka, jalan katanya dari katanya, menuju katanya, maka “perolehannya” adalah katanya). AMIIIN.
AnNisa’; 123 (Pahala dari Allah dan surga) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
Ttd