Lihat ke Halaman Asli

Nasional.Is.Me Ala Pandji

Diperbarui: 17 Juni 2015   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.goodreads.com

Sudah lama sebenarnya ingin membaca buku Nasional.is.me karya Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo alias Pandji, yang mengawali perjalanan "provokasi"nya melalui sebuah blog pribadi. E-booknya sebenarnya sudah bisa diungguh disini. Tetapi saya memilih membaca versi bukunya. [caption id="" align="aligncenter" width="180" caption="www.goodreads.com"][/caption] Pertama,saya ingin mengutip pengantar yang dituliskan oleh Nenny Soemawinata (Managing Director Putera Sampoerna Foundation) dalam buku ini: "Orang dianggap sebagai pemimpin karena ia mampu menyampaikan alasan yang menjadi latar penggerak tindakan-tindakannya.Mengapa seorang pemimpin memiliki sebuah tujuan?Mengapa ia percaya suatu hal dapat diubah menjadi kehidupan yang lebih baik?...Semua berakar pada kata Mengapa (why) bukan How (bagaimana). Mengapa itu lebih fundamental, Bagaimana berbicara lebih pada hal praktis dan instruktif. Pemikiran fundamental Nasionalisme Pandji terbentuk melalui pengalaman hidupnya. Sebenarnya tak ada yang sangat istimewa, bahkan kalau boleh saya bilang kebetulan kami sama-sama tumbuh di sebuah momen penting peristiwa 1998, periode ini mengawali  saya menjadi mahasiswa baru. Yang sangat membedakan adalah pengalaman dan kiprah kami tentunya :) Pandji punya akses untuk menyampaikan "provokasinya" ketika dia menjadi penyiar radio yang punya segmen anak muda. Baginya semangat nasionalisme sangat dibutuhkan untuk negara yang memiliki banyak perbedaan. Nah loh? Saya jadi berpikir apa hubungan rasa cinta kebangsaan dengan perbedaan. Ternyata banyak orang yang masih salah mengartikan Nasionalisme (seperti juga saya) dengan istilah cinta tanah air dan bangsa. Secara harfiah Nasionalisme adalah sebuah paham yang meyakini bahwa perbedaan dalam sebuah negara harus dipersatukan. Konsep Nasionalisme yang mendasari pemikiran seorang Pandji dibentuk saat dia memasuki sekolah Katolik kolese Gonzaga (SMA). Di sekolah sebelumnya, sebuah SMP Negeri konsep perbedaan itu disimbolkan dengan penggunaan seragam (penyeragaman). Jadi strata ekonomi diupayakan dikaburkan. Di Gonzaga menawarkan cara pandang baru, menggunakan pendekatan yang berbeda. Disini murid-murid diajarkan untuk melihat perbedaan, mengenali perbedaan dan menerima perbedaan itu. Ini yang menjadi catatan pertama saya tentang konsep berkompromi terhadap perbedaan. Jadi kisah ini lebih relevan dengan judul Nasionalisme yang mengacu pada arti harfiahnya. Buku ini lebih  semacam diary kompilasi yang berisi celoteh, uneg-uneg dan seluruh rangkuman reportase perjalanan seorang Pandji yang menemukan berjuta alasan mengapa kita harus mencintai Indonesia. Ya karena perbedaan -perbedaan itu. Selain juga kekayaan alam dan pemandangan yang sudah tak bisa dipungkiri dari negara bernama Indonesia ini. Buku ini juga menceritakan  tentang semangat #IndonesiaUnite yang tercetus di twitter pasca ledakan bom di JW. Marriot dan Ritz Carlton 17 Juli 2009. Semangat ini berhasil meredam berita-berita buruk tentang Indonesia dan menyebar hal-hal positif tentang Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang besar termasuk pengguna Internet dan sosial media, semangat #IndonesiUnite berhasil menjadi trending topic. Inilah upaya nyata patriotisme di era digital. Di bab lain "Dari Nasional.is.me sampai Patriot.is.me, Pandji menulis  orang - orang yang sangat berdedikasi dan berprestasi di bidangnya yang semua dikenal dan diwawancarai nya ketika menjadi penyiar Radio Hard Rock FM. Sebut saja, Yoris Sebastian, Rene Suhardono, Liqwina Hananto (tiga nama ini sudah saya baca buku karyanya, jauh sebelum saya menginginkan membaca Nasional.is.me ). Lalu ada Iwan dan Indah Esjepe, sepasang suami istri yang menggagas #IndonesiaBertindak yang terkenal dengan kampanye yang sangat provokatif, unik : TRAVEL WARNING : Indonesia Dangerously Beautiful. Ada juga kisah Hanny dan Nia dengan gerakan #Coin a Chance yang memberi makna sebuah perubahan ternyata bisa diawali dengan satu langkah kecil. Konsep sederhana untuk menanyakan pada diri sendiri, apa yang sudah saya berikan untuk Indonesia ini. Negeri yang benar-benar saya cinta :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline