[caption id="attachment_387471" align="aligncenter" width="562" caption="Kompas epaper (Kompas.com)"][/caption] Perubahan yang cepat dan cenderung revolusioner itu digenerate oleh kecepatan data akses, yang orang sering menyebutnya sebagai Internet. Kemudahan akses ini sudah mampu dilakukan melalui gadget yang berukuran mini (smartphone dan tablet) karena prosesor didalamnya dan saat ini jumlahnya di Indonesia sudah melampaui jumlah populasi penduduknya. Internet yang menandai perkembangan teknologi digital telah berdampak pada semua aspek kehidupan. Membuat retakan "Cracking Zone" (meminjam istilah dari Rhenald Kasali), mulai dari parenting (gaya mendidik) sampai dengan cara politik ketika dimainkan di Internet. Ketika membaca buku Grown Up Digital karya Don Tapscott (published tahun 2008), saya menemukan bahwasanya cara -cara yang dilakukan Chris Hughes dalam memenangkan Obama sama persis dengan yang dilakukan oleh tim sukses Jokowi-JK. Membentuk relawan, sampai penggalangan dana, semua memanfaatkan jejaring sosial media. Internet telah menjadi sebuah mesin raksasa politik. Jadi bagi siapapun yang berencana maju dalam pertarungan politik (dari pilkada sampai nanti pilpres 2019), saran saya pekerjakan Net Generation sebagai mesin politik anda. Inilah demokrasi era 2.0 :) [caption id="" align="aligncenter" width="130" caption="www.goodreads.com"]
[/caption] Fenomena lain yang terlihat tentu saja perubahan perilaku banyak orang atau gaya hidup. Dulu orang membaca koran dipagi hari sembari minum kopi. Sekarang bisa dilakukan sambil berdiri di KRL.vPaperless. Dan untuk artikel yang ingin dibaca kembali atau ingin dijadikan sumber tulisan kita bisa menambahkan dalam fitur favorite tanpa harus susah-susah mengklippingnya :) [caption id="attachment_362374" align="aligncenter" width="384" caption="Screenshot Kompas cetak format digital edisi 24 Des 2014"]
[/caption] Tak hanya sekedar mengakses berita. Bertransaksi pun sudah lebih banyak dilakukan secara online melalui internet banking. Mulai dari pembelian tiket pesawat, voucher hotel sampai urusan shopping dari baju, sepatu, sendal, tas bahkan sampai makanan catering semua bisa dibayar dengan memencet token kita :) Ketika beberapa teman mengirim pesan menanyakan dimana saya membeli baju yang saya pakai di profil picture BB. Saya menjawab lewat online shop. Hampir semua perlengkapan dari ujung kepala sampai kaki, yang saya gunakan memang membeli lewat akun-akun di Instagram. Dan semua adalah produk lokal. Kelebihannya bukan cuma modelnya yang edgy tetapi harganya relatif lebih terjangkau dengan kualitas bahan yang lebih bagus. Karena tidak ada sewa store. Promosinya juga lebih mudah. Mereka cukup meminta selebgram (orang yang memiliki jumlah follower banyak) untuk mengendorse produk mereka. Kita sendiri pun selain sekedar membeli bisa juga memposting barang yang kita beli sambil memention si empunya produk plus menambahkan hastag untuk menarik banyak orang melihat postingan kita. Syukur-syukur jika gambarnya bagus, bisa di-repost. Jadi kita semacam menjadi brand ambassador untuk produk yang kita beli. Apalagi dalam Instagram kita bisa menyambungkan tautan posting kita di akun sosial media lain. Mudah, cukup satu pintu. Narsis tak cuma mendapat cibiran, tetapi menunjukkan kebanggan terhadap produk lokal. [caption id="attachment_362480" align="aligncenter" width="504" caption="Akun Instagram Produk Lokal dok Pribadi"]
[/caption] Ini baru tentang shopping. Urusan menghamburkan uang :) Jangan lupa tetap menabung. Kegiatan menabung yang bisa dilakukan secara online tentu saja melalui investasi reksadana. Membeli produk reksadana sekarang bisa dilakukan seperti kita sedang memilih barang di Supermarket dan tentu saja transaksinya secara online. Kita bisa memilih manager investasi dan produknya dengan membandingkan kinerjanya. Cara mencari tahu track record masing-masing manager investasi juga mudah, bisa dengan googling yang akan menampilkan rekam jejaknya. [caption id="attachment_362481" align="aligncenter" width="480" caption="Screenshot IpotFund Supermarket Reksadana Online"]
[/caption] Internet juga membantu saya mengelola hobi membaca. Melalui akun sosial media Goodreads, fitur bookshelves akan memudahkan kita merekam daftar buku yang ingin kita baca, sedang kita baca dan yang sudah dibaca. Keuntungan lainnya, bisa mendapatkan referensi buku bacaan dari teman-teman di jejaring kita. [caption id="attachment_362482" align="aligncenter" width="384" caption="Screenshot home Goodreads via Mobile Gadget"]
[/caption] Selain membaca, tentu saja blogging (membaca blog orang), adalah hal yang dekat dengan hobi saya :) Kompasiana sebagai publik blog cukup memuaskan bagi saya walaupun belum bisa melakukan aktivitas menulisnya lewat tablet (setahu saya hanya untuk blog pribadi wordpress). Harapannya kedepan, menulis di Kompasiana bisa lebih mobile. Jika ada yang sudah bisa, mungkin bisa dishare tutorialnya. Hasil menggoggling belum menemukan :) Tulisan ini menutup akhir tahun 2014, menyambut generasi keempat, eranya konvergensi layanan yang tentunya akan sangat mengubah wajah industri telekomunikasi, teknologi informasi, media penyiaran, dan industri ikutannya, yang bisa disikapi sebagai peluang atau bahkan justru retakan. Selamat Menyambut Tahun Baru 2015 Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H