Lihat ke Halaman Asli

Jackysan Lombok

Content Creator

Pulau Seribu Masjid dengan Sejuta Pesonanya

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pulau Lombok merupakan khasanah alam yang telah di anugerahkan Tuhan kepada kami. Selain memiliki pantai yang elok di belahan timur, selatan maupun Pantai Senggigi di bagian utara, juga memiliki air terjun Sendang Gile yang menjadi kebangaan kami, sekalipun mungkin tidak seindah Tawangmanggu  di Batu-Malang yang merupakan air terjun tertinggi di Indonesia, ataupun air terjun terbesar Niagara diperbatasan AS-Kanada,  apalagi air terjun tertinggi di dunia,  Victoria di Afrika Selatan. Nama air terjun kami “Sendang Gile”, tingginya tidak kurang dari lima puluh meter, dengan pancuran air yang sedemikian indahnya yang bersumber langsung dari perut gunung. Dingin, segar dan di percaya mampu meng”awet muda”kan mereka yang mandi di bawahnya. Air terjun ini berada dalam satu lembah yang cukup dalam. Dan deretan anak-anak tangga, serta panorama alam sepanjang perjalanan kita untuk ke sana, menawarkan satu keasyikan tersendiri. Pemandangan sepanjang perjalanan kearah itu, dihiasi deretan bunga-bunga hutan dan anggrek liar yang tumbuh di cabang-cabang pohon, di samping pemandangan ke dalam lembah yang menghampar hijau, subur dan menyejukkan. Dan itu semua, memberikan perasaan kedamaian yang dalam di hati bagi siapapun yang menggunjunginya. Di samping beberapa air terjun yang lebih kecil, dan beberapa tempat rekreasi lainya yang  tidak kalah menariknya, seperti Otaq Kokoq, Joben, Mayure, Lemor, Aiq Bukaq, Narmade, Lingsar, Rakam dan Lembah Hijau. Dan beberapa tempat lagi yang juga sangat menarik.

Image Source : Google

PENINGGALAN SEJARAH DI LOMBOK

Namun di antara keunikan tempat wisata yang ada di pulau ini adalah, adanya satu lokasi yang di namakan “Gua Raksasa”. Lokasinya, pada satu Semenanjung yang berada pada pantai selatan dari pulau ini. Tepatnya, lokasi ini dinamakan Tanjung Ringgit yang merupakan gua-gua peninggalan bala tentara Dai Nippon, salah satu rangkaian pertahanan yang di bangun dari ujung pulau Sumatra “Aceh” hingga seluruh pantai pantai yang menghadap ke Samudra Hindia sampai ke pulau-pulau paling timur Indonesia. Dalam hal ini “Rabaul” di Irian Jaya, bahkan lebih jauh lagi hingga menembus sampai samudra Pasifik, “Saipan” kepulauan “Mariana” dan beberapa pulau yang lain. Hingga lingkar pertahanan ini sendiri sampai pada Pulau Okinawa dan Pulau Iwojima pada wilayah Negeri Jepang sendiri, dalam kaitannya untuk mengamankan wilayah yang pernah mereka duduki pada masa perang dunia ke dua, sebelum di taklukkan oleh armada perang Amerika di bawah “duet” pimpinan laksamana Nimitch dan sang legendaries Jendral Marck Arthur, yang terkenal dengan strategi “lompatan kataknya”, dalam sebuah prahara Pasifik yang sangat mengerikan. Dan kembali saya katakan, gua-gua di Tanjung Ringgit  ini di“mitos”kan oleh masyarakat sebagai gua Raksasa, hingga untuk lebih jauhnya lagi sampai ada cerita rakyat mengambil latar belakang dari keberadaan gua tersebut, “Cupak Grantang”. Di mana kisah ini mengisahkan sifat baik dan sifat buruk yang di perankan oleh tokohnya dalam menyelamatkan seorang Putri di dalam gua Raksasa ini. Namun memang, akan sulit untuk di pungkiri, lokasi dari keberadaan gua ini sendiri merupakan lokasi yang sangat indah menawan, di samping merupakan satu cagar sejarah tersendiri.  Di wilayah Pulau Lombok yang lain, gua  semacam ini juga terdapat di  Lombok bagian barat. Lebih tepatnya, lokasi tersebut bernama “Sekotong”, tanah kelahiranku, kampung halamanku yang menyimpan potensi Alam berupa mineral yang sedang menjadi Topik hangat para Investor luaran sana. Dan gua serta lokasi ini sendiri lebih luas dibandingkan dengan lokasi Gua Raksasa yang di Tanjung Ringgit. Untuk para Tourism, tempat tempat wisata di Lombok juga banyak pilihannya, dimana Pulau Lombok juga mempunyai beberapa anak pulau yang kami sebut “Gili”. Diantaranya Gili Trawangan, Air dan Meno di Lombok bagian barat adalah gili-gili yg telah di exploitasi. Dan masih ada ratusan Gili lagi yang menawarkan hal yang sama.  Keadaannya pun masih perawan dan alami. Di antaranya Gili Lampu, Gili Sunut dan Gili Belek di Lombok bagian timur, juga Gili Tangkong, Gili Nanggu, Gili Poh, Gili Lontar, Gili Gede, Gili Layar, Gili Rengit dan tak lupa Gili Sudak yang juga masih terletak di Sekotong, tanah kelahiran saya. Dalam kaitannya dengan masalah gili  [dalam hal ini Gili Trawangan], ada beberapa hal yang sangat menarik untuk di bahas. Karena gili ini, pada masa yang lampau,  tepatnya masa-masa kekuasaan Bali-Karang Asem di tanah Lombok, pulau kecil ini  merupakan penjaranya bagi orang-orang buangan, yang di buang oleh penjajah Bali pada kala itu. Dan tidak sedikit di antara mereka yang harus menemui ajal di tempat tersebut. Namun untuk masa sekarang, tempat tersebut merupakan satu destinasi wisata yang diperhitungkan, yang telah di kemas secara apik dan menarik dengan standar yang memadai, sehingga kesan angker yang di sandang Gili ini pada masa lalu, hanyalah tinggal kenangan. Begitupun halnya dengan Gili Meno dan Gili Air yang pun mendapat perlakuan yang sama.

PULAU LOMBOK, PULAU SERIBU MASJID

Pulau ini juga identik dengan sebutan pulau Seribu Masjid. Dikarenakan secara umum, masyarakatnya adalah mayoritas pemeluk agama Islam yang taat. Dan tempat-tempat ibadah  terdapat hampir di seantero pulau ini, hingga ke tingkat Dusun-Dusunnya, sekalipun agama yang lain terdapat pula di tempat ini. Komunitas agama Hindu hanya terdapat di beberapa bagian di daerah Lombok Barat dan Kodya Mataram. Mereka ini adalah sisa-sisa dari keturunan etnis Bali pendatang, yang untuk waktu yang lama telah menanamkan pengaruhnya di Bumi Sasak. Namun untuk masa kini, mereka adalah salah satu aset dari daerah ini. Di mana kehadiran mereka adalah merupakan bagian dari keragaman kami. Dan dari semua yang ada, merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki daerah ini. Islam telah masuk dan berkembang pada permulaan abad ke lima belas. Ditandai dengan adanya makam-makam yang mempunyai angka dan menunjukan tahun kematian dari penangalan Islam pada waktu itu. Di samping pergantian nama-nama,  dari raja-raja yang memerintah dari nama-nama berbau Hindu ke nama-nama yang bercirikan islam, dari beberapa dinasti yang pernah exsis memerintah dan  yang pernah ada pada rentang kurun waktu tersebut. Sekalipun untuk ke depan pembuktian-pembuktian ilmiah harus diupayakan oleh dinas-dinas terkait dalam hal ini demi kepentingan hal tersebut di atas. Di samping dari semua itu, Lombok pun memiliki beberapa pejuang Islam yang tangguh, dan rela mati demi mempertahankan kehormatan,  tanah, leluhur, dan harga dirinya. Mamiq Nursasih, Tuan Guru Ali Batu dan H. Faisal, adalah contoh-contoh Pejuang yang berusaha mengusir dominasi-asing dari tanah Sasak ini. Walaupun, beberapa perjuangan tersebut harus berakhir dengan pengorbanan dan tetesan air mata. Dalam hal ini perlu kita simak sebuah kata yang bijak dari sekumpulan “Pejuang” yang mencari sebuah identitas berbangsa. ”Perkara kami kalah ataupun menang bukan menjadi soal, yang penting kami sudah berjuang”, Macan Tamil, Srilangka. Arrgghh….  Terlalu banyak untuk digambarkan satu-persatu, hampir seluruh tempat di Lombok merupakan tujuan Wisata yang Menarik dan merupakan aset yang bisa dipasarkan serta dikembangkan. Mungkin salah satunya yang paling menarik di antara semua  adalah tradisi Bau Nyale.  Yang mana, tradisi ini merupakan rutinitas tahunan yang secara berkala tetap diadakan, dan dikembangkan. Tradisi bau nyale ini, adalah suatu momen yang bisa dikatakan merupakan fenomena alam,  yang hanya terdapat di pulau Lombok. Di mana pada saat-saat itu, masyarakat akan berkumpul pada tempat-tempat tertentu untuk menangkap sejenis cacing,  atau nama lainnya cacing Palolo, yang sebenarnya jenis ini merupakan cacing karang putih yang keluar pada saat-saat tertentu pada bulan dan penangalan yang sama. Sebenarnya cacing-cacing ini ada juga terdapat di tempat-tempat lain di nusantara. Salah-satunya adalah di kepulauan Maluku dan beberapa tempat yang ada di kepulauan Nusa Tenggara Timur sekalipun tidak sebanyak yang ada di pulau Lombok. Dan pada waktu-waktu ini, pemerintah setempat telah mengembangkannya menjadi suatu paket wisata tersendiri pula. Tempat-tempat penangkapan ini, secara khusus dilakukan di  pantai Kaliantan dan Kuta dan  ada beberapa tempat yang lain, sekalipun dalam skala yang lebih  kecil. Semisal di kawasan Perak, Tampah Beloam dan beberapa tempat di pantai selatan. Dalam tradisi ini hampir semua lapisan mayarakat, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, laki-perempuan, dan bahkan beberapa tahun terakhir, ribuan Turis Manca Negara akan berkumpul pada tempat-tempat tersebut dalam jumlah yang mungkin anda sendiripun akan susah untuk mengatakannya. Dari sinilah kita dapat melihat, secara umum dapat kita katakan, pulau ini menyimpan segudang keunikan dan keragaman, di samping beberapa keanehan dan misterinya, dari kehidupan sosial budaya, adat istiadat,  geografis dan sepiritualnya. Tentu saja tidak terkecuali nilai-nilai luhur warisan nenek-moyang kami yang ada. [Lombong in Ring of Fire]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline