https://unair.ac.id/ Hewan ruminansia merpakan sekelompok hewan yang memiliki ciri yang sama di dalam proses pencernaan makanannya, yaitu dengan melakukan pengunyahan kembali pada makanan yang telah ditelannya. Proses pencernaan hewan ruminansia dinilai cukup kompleks dibanding proses pencernaan hewan lain, karena hanya pada hewan ruminansia yang memiliki empat bilik pada bagian perutnya. Hewan ruminansia merupakan hewan herbivora yang memakan berbagai tumbuhan dan biji-bijian. Meski dengan sistem pencernaan yang kompleks, tidak menutup kemungkinan jenis hewan ini mengalami gangguan pada pencernaannya, salah satu gangguan yang bisa muncul pada hewan ruminansia yaitu pulpy kidney atau enterotoksemia.
Pulpy kidney merupakan salah satu penyakit yang menyerang sistem pencernaan pada hewan ruminansia khususnya pada domba, kambing, sapi, kuda serta unta. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens tipe D dan C yang umumnya hidup di tanah, namun juga menghuni usus sebagai mikroflora dan dapat berkembang biak yang kemudian menghasilkan racun yang dapat meracuni hewan inangnya.
Berkembangnya bakteri tersebut bisa disebabkan oleh perubahan secara mendadak terhadap pola makan hewan ke pola makan rendah serat dan tinggi karbohidrat. Seperti yang kita ketahui bahwa hewan ruminansia tidak dapat mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat seperti biji-bijian yang dapat difermentasi terlalu cepat.
Oleh karena itu, penyakit pulpy kidney ini sering menyerang hewan ruminansia seperti domba yang hidup di padang rumput dengan tanaman serelia yang subur. Selain itu juga bisa disebabkan oleh rumput liar yang tajam sehingga dapat merusak usus yang memungkinkan peningkatan penyerapan racun pada tubuh hewan. Penyebab lain dari timbulnya penyakit ini yaitu konsumsi susu pengganti, sehingga penyakit ini rawan menyerang domba kecil yang tidak disapih.
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit pulpy kidney ini seperti pada penyakit pencernaan lainnya yaitu berupa diare, indigesti akut, konvulsi, paralisa, kolik hingga bisa menyebabkan kematian. Kematian yang disebabkan oleh pulpy kidney ini bisa diawali dengan kekejangan, berbaring lalu sesak napas. Pada kasus yang sering terjadi, pulpy kidney ini akan berujung kematian pada hewan yang terjangkit.
Pada anak domba yang terjangkit, tidak akan bertahan lebih dari 12 jam anak domba akan mati tanpa menunjukkan gejala klinis, atau bahkan bisa kurang dari 2 jam. Gejala awal yang dapat timbul pada anak domba seperti depresi dan kehilangan nafsu makan. Jika anak domba menderita pulpy kidney secara akut akan terlihat klinis konvulsi yaitu dengan kematian mendadak disertai buih di mulutnya.
Pada anak domba yang bisa bertahan selama beberapa jam akan mengalami diare kental berwarna hijau, sempoyongan, dan dapat menimbulkan gejala iritasi seperti konvulsi yang bisa menyebabkan temperatur tinggi. Sedangkan pada domba dewasa yang menderita pulpy kidney paling lama akan bertahan selama 24 jam. Gejala yang bisa timbul pada domba dewasa yaitu domba nampak sempoyongan dan bisa tertinggal dari kawanannya, nafasnya tidak teratur seperti dangkal dan cepat, lalu sering mengertakkan gigi dan salivasi.
Penyakit pulpy kidney ini umumnya terjadi di negara 4 musim seperti Australia, Selandia Baru, Inggris, Amerika Serikat dan German. Sedangkan di Indonesia belum diketahui secara jelas. Dengan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini, dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi para peternak, karena kebanyakan dari hewan yang mengalami penyakit ini akan berujung pada kematian, maka dari itu para peternak harus memiliki cara untuk mencegah pulpy kidney menyerang hewan ternak mereka.
Beberapa cara untuk pencegahan penyakit ini yaitu dengan vaksinasi dengan pemberian toxoid tipe D terutama pada domba betina yang bunting, dilakukan 4-6 minggu sebelum beranak, karena penyakit ini rawan bagi anak domba. Vaksinasi juga bisa dilakukan secara rutin setiap tahun.
Selain vaksinasi, pencegahan awal yang bisa dilakukan oleh peternak yaitu dengan mengurangi pemberian konsentrat pada hewan ternak dan juga tidak sering mengubah-rubah jenis pakan pada hewan ternak. Pada anak domba juga bisa dengan menghindari pemberian susu pengganti selama ibu domba masih bisa memberikan susu untuk anaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H