Lihat ke Halaman Asli

LOLA FITRI

Pelajar

Kembali ke Rumah

Diperbarui: 15 September 2024   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kembali ke Rumah

Lia merasa seperti terbang saat ia keluar dari rumah teman-temannya, rumah yang penuh dengan tawa dan kebahagiaan. Waktu terasa begitu cepat saat ia dan teman-temannya, Rina dan Sita, bermain permainan papan dan bercerita tentang rencana-rencana seru untuk liburan.

 Mereka telah membuat janji untuk bermain sampai malam, dan Lia, yang biasanya sangat patuh pada aturan, merasa sulit menolak ajakan yang menyenangkan ini. Apalagi Rina yang mengancam tidak akan bermain lagi dengan Lia jika Lia tak ikut serta.

Namun, saat tiba di depan rumahnya, Lia teringat akan waktu. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia merogoh saku dan merasa deg-degan ketika melihat ponselnya penuh dengan pesan dari bundanya. Dengan cepat, ia membuka pintu rumah, dan melangkah masuk dengan hati berdebar.

Lia menemukan bundanya, Bunda Wit, berdiri di ruang tamu dengan ekspresi yang sulit diartikan. Ketika Lina mengucapkan salam, Bunda Wit menatapnya tajam. "Lia, kemana saja kamu? Ini sudah larut malam. Kenapa kamu pulang begitu terlambat?"

Lia menggigit bibirnya. "Maaf, Bun. Aku hanya bermain dengan teman-teman. Aku tak sadar waktu begitu cepat waktu berlalu."

Bunda Wit menghela napas dalam-dalam, menciptakan suasana tegang. "Kamu tahu betapa khawatirnya bunda setiap kamu pulang terlambat? Bunda tidak hanya khawatir tentang keselamatanmu, tapi juga tentang disiplinmu."

Lia merasa dadanya berat. "Aku hanya ingin bersenang-senang, Bun. Aku janji hal tidak akan terulang lagi."

Tiba-tiba, Rina dan Sita, yang kebetulan ikut menghantar Lia pulang, berdiri di ambang pintu. Rina mencoba untuk menjelaskan. "Bunda Wit, maaf jika kami membuat Lia pulang terlambat. Kami hanya tidak menyadari waktu."

Bunda wit memandang ketiga gadis itu. "Terima kasih sudah datang. Tapi Lia tetap harus memahami batasannnya. Ini bukan hanya soal keselamatan, tapi juga tanggung jawab pribadi."

Lia merasa malu, melihat betapa jelasnya rasa khawatir di wajah bundanya. "Aku paham, Bun. Aku minta maaf."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline