Lihat ke Halaman Asli

Lola Dwi Nata

Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga

Pengaruh Fenomena Klithih bagi Kehidupan Masyarakat Yogyakarta

Diperbarui: 21 Mei 2022   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengaruh Fenomena Klithih Bagi Kehidupan Masyarakat Yogyakarta

Istilah klithih akhir-akhir ini sering muncul di kehidupan sehari-hari maupun media sosial. Klithih merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja di Yogyakarta. Yogyakarta dikenal sebagai "kota pelajar" sehingga beberapa pelajar dari wilayah di Indonesia merantau ke Yogyakarta untuk menempuh masa studinya di sekolah maupun universitas. Fenomena klithih membuat mahasiswa asli atau yang sedang merantau di Yogyakarta merasa takut dan cemas akan keselamatan mereka jika keluar rumah. Karena klithih menyebabkan seseorang terluka, kehilangan barang berharga hingga kehilangan nyawa akibat tindakan beberapa pemuda (geng) yang berkeliling tanpa tujuan yang jelas untuk mencari target atau mencari kepuasan di waktu luang.

Klithih berasal dari kata nglitih atau klithih yang berarti keliling atau jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas, Klithih juga diartikan sebagai kliling nggolek getih yang artinya keliling mencari darah. Menurut Arie Sujito menyatakan bahwa klitih merupakan tindakan atau aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh di luar rumah pada malam hari hingga dini hari untuk menghilangkan kepenatan. Sebagian besar pelaku klithih adalah geng yang terdiri dari beberapa remaja yang melakukan aksinya pada malam hari khusunya pada pukul 01.00-03.00 WIB. Sedangkan Sebagian besar korban klithih berasal dari kalangan pelajar atau mahasiswa. Faktor utama yang menyebabkan remaja melakukan aksi klithih adalah kurangnya pengawasan serta perhatian orang tua kepada mereka dan munculnya rasa ingin tahu yang tinggi terhadap klithih. Jika kedua hal tersebut dapat dikendalikan oleh diri sendiri maupun adanya dukungan dari orang tua, maka remaja dapat menghindari tindakan buruk seperti klithih. Sehingga masyarakat Yogyakarta merasa aman dan bebas keluar rumah tanpa adanya rasa takut dan cemas adanya aksi klithih.

Dikutip dari wargajogja.net, kasus klithih menimpa seorang remaja berusia 20 tahun hingga meninggal dunia. Menurut beberapa saksi, pelaku menyerang korban dengan melemparkan batako ke arah korban hingga meninggal dunia karena merasa tersinggung dengan ucapan korban. Selain itu, korban juga mengalami luka berat akibat penyerangan yang dilakukan oleh sekelompok orang tak dikenal tersebut menggunakan sebuah gir berbahan besi ke arah kepala dan punggung korban. Berikut adalah pengaruh klithih bagi kehidupan masyarakat di Yogyakarta:

  1. Timbulnya rasa takut dan cemas jika keluar rumah sendiri atau melewati gang yang sepi.
  2. Munculnya beberapa geng kejahatan di Yogyakarta menimbulkan keresahan bagi masyarakat seperti tawuran atau klithih.
  3. Adanya batasan waktu bagi masyarakat Yogyakarta untuk kembali ke rumah masing-masing pada pukul 20.00 WIB. Tujuannya adalah untuk meminimalisir terjadinya klithih.
  4. Adanya rasa kecewa masyarakat Yogyakarta terhadap rumor "Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar dan memiliki wisata yang bagus, namun sayangnya terdapat klithih".



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline