Lihat ke Halaman Asli

Lola AmaliaSibarani

Mahasiswa UIN SU

Pabrik Pengrajin Sapu lidi Pendapatan Warga Langkat

Diperbarui: 6 September 2024   15:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pabrik Sapu lidi / dokpri

Sapu lidi hasil kerajinan warga Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sudah hampir enam tahun diekspor ke Pakistan, Arab Saudi, dan Malaysia. "Sudah lama bisnis sapu lidi ini untuk tujuan ekspor," kata pengusaha sapu lidi asal Kecamatan Hinai itu. Bisnis pengiriman sapu lidi ketiga negara tersebut sudah dilakukannya sejak tahun 2010 yang lalu kini semakin maju pesat karena banyaknya permintaan dari ketiga negara itu," katanya. Dirinya melakukan usaha ekspor sapu lidi itu bermula dari informasi teman-temannya hingga ke sosial media yang pernah melakukan yang sama. Lidi-lidi sebagai bahan baku utama ia kumpulkan dari warga Langkat.

Sapu lidi yang diekspor ini merupakan sapu lidi yang berasal dari limbah pelepah daun kelapa sawit, sambungnya. sapu lidi ini telah dikumpulkan oleh pengumpul, kita beli, kemudian dijemur hingga benar-benar kering dibawah terik matahari.

Lidi yang diekspor ini merupakan lidi dari daun kelapa, kelapa sawit serta lidi dari pohon nipah," katanya. Harganyapun bervariasi antara Rp3.200 hingga Rp3.500 per kilogram sapu lidi kelapa dan sapu lidi kelapa sawit, sementara sapu lidi pohon nipah 7.500 dengan syarat kekeringannya tidak boleh lebih dari 30 persen. Setiap kali ekspor, dia mempergunakan kontainer berisi 25 ton sapu lidi. "Biasanya setiap satu minggu diekspor satu kontainer sapu lidi," ungkap pengusaha itu

Memasuki musim hujan seperti sekarang, dia hanya bisa mengekspor sapu lidi dua atau tiga minggu sekali, dengan harga lebih tinggi karena biaya produksi juga meningkat. "Bisnis sapu lidi ini sangat memberikan prospek yang cukup cerah buat penambahan pendapatan keluarga," ujarnya

Reporter : Lola Amalia Sibarani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline