Lihat ke Halaman Asli

Kaset Pita di Era Musik Digital

Diperbarui: 8 Desember 2023   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu hari yang cerah, saya berkeliaran di sekitar sudut kota yang jarang saya kunjungi. Langkahku membawaku ke sebuah ruko kecil yang tersembunyi di antara bangunan kota. Di ruko itu, terdapat sebuah toko kaset mungil yang menyita perhatian saya. Anehnya, toko tersebut diberi nama "du.68".

Dengan rasa penasaran, saya melangkah masuk ke dalam toko yang penuh dengan nostalgia itu. Kaset-kaset berderet rapi di rak-rak kayu, memenuhi ruangan dengan aroma khas kertas dan plastik. Saya merasa seperti melangkah kembali ke masa lalu. Seorang remaja yang mengenakan kemeja bermotif sedang duduk di belakang meja kasir dengan senyum ramah.

"Selamat datang di du.68," sambutnya dengan hangat. "Saya Febrio panggil aja papang, penjaga toko ini. Ada yang bisa saya bantu?"

Kami pun mulai berbincang, dan Papang menceritakan kisah panjang tentang toko kaset itu. Ternyata, du.68 bukan hanya sekadar toko kaset biasa. Ini adalah tempat di mana musik, kenangan, dan pertemanan mekar bersama. Papang berbagi cerita tentang bagaimana toko ini lahir dari cinta pemilik toko kaset pada musik kaset dan keinginannya untuk mempertahankan keindahan medium tersebut.

Sementara kami berbicara, saya merasa ada keakraban yang unik di antara kami.Papang tidak hanya berbicara tentang musik; dia juga berbagi kisah hidupnya. Kami menemukan banyak kesamaan, mulai dari hobi yang serupa hingga perjalanan hidup yang melibatkan lika-liku emosional. Tak lama kemudian, kami menjadi teman akrab.

Setiap kali saya mengunjungi du.68, kami selalu menikmati obrolan tentang musik, kenangan, dan kehidupan. Papang bahkan sering memberikan rekomendasi kaset yang jarang ditemui di tempat lain. Kami berdua terlibat dalam perbincangan panjang tentang artis favorit, album klasik, dan momen pribadi yang diiringi oleh musik tertentu.

Suatu hari, Papang mengajak saya untuk mengikuti acara kecil di toko kasetnya. Sebuah pertunjukan musik lokal diadakan di sudut toko yang memang sudah disiapkan untuk acara semacam itu. Beberapa musisi independen tampil, menciptakan atmosfer yang hangat dan ramah. Ini menjadi momen berharga di mana komunitas musik lokal bersatu di du.68.

Tidak hanya menjadi pelanggan, saya juga turut aktif dalam membantu mengembangkan toko ini. Kami bersama-sama menciptakan ruang kreatif di dalam du.68, tempat bagi para penikmat barang barang lawas. Toko kaset yang awalnya hanya menyediakan musik, kini juga menjadi wadah bagi berbagai bentuk seni.

Seiring berjalannya waktu, du.68 semakin dikenal di kalangan pecinta musik dan seni di kota tersebut. Toko kaset ini menjadi pusat budaya kecil yang menyatukan komunitas, menginspirasi orang-orang untuk menggali kenangan dan menemukan keindahan dalam karya seni. Saya merasa beruntung telah menemukan toko kaset ajaib ini dan berteman dengan Papang, Penjaga yang penuh semangat dan kehangatan.

Ketika saya melihat ke belakang, saya menyadari bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang menemukan toko kaset yang unik, tetapi juga tentang menemukan teman sejati dan menghargai keindahan dalam setiap detik hidup. Du.68 bukan hanya tempat di mana kaset-kaset berkumpul; ini adalah tempat di mana hati dan jiwa bertemu dalam alunan musik dan seni.

Kebetulan saya mendapatkan tugas untuk mewawancarai ini, di dalam kepala saya langsung terlewat satu nama "ah papang!". saya langsung menulis nama Papang di dalam list orang orang yang saya mau wawancarai, Saya langsung menghubungi Papang untuk memberi tahu keinginan saya untuk mewawancarai dirinya sekalian bertemu karena sudah lama juga tidak bertemu dengannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline