Lihat ke Halaman Asli

Nur Lodzi Hady

Warga negara biasa

Untuk Chairil Anwar d/a Pemakaman Umum Karet Bivak

Diperbarui: 16 Agustus 2015   11:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Ini pembicaraan antara dua ekor binatang jalang.Yang satu telah berkalang tanah, yang satu akan segera menyusul.(Swastrawan, budayawan, teknokrat dan birokrat, kritisi, lembaga survey, lembaga poll dan para parpol dilarang nguping !)

The young dead soldiers do not speak/, begitu judul puisi Archibald MacLeish yang kau curi, kata para sastrawan dan kritisi.

Nggak apa-apa, kataku, meski aku belum lahir waktu itu. Dalam ruhku ruhmu ruh tarji ruh batu ruh mantra kita, para binatang jalang sudah tau sebelum lahir, mereka akan curi ribuan trilyun dari bangsa sendiri dan teknokrat serta budayawan akan memberi pembenaran untuk maling-maling itu.

And when the clock counts/ dan jam dinding yang berdetak.. (sialan tarji! katanya dia sudah pecahkan tik-tok jam, ambil jarumnya jadikan diam. tapi kok jam masih jalan?) bunga utang masih meluncur laju dan bunga mantra mati layu.

We were young, they say. We have died; remember us./ Kenang, kenanglah kami.Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu.Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.

(Kau plagiator hebat, nyontek dan diberi bumbu lokal yang sedap. Itu lebih sedap daripada mengutak-atik pelatuk austerity program IMF - maaf tarji aku nyontek darimu -IMF toh juga sekedar mantra.) Kitab aslinya Mantra Betal Jemur Adam Makna Bretton Woods - hampir semua ekonom juga nyontek dari situ.

Tapi kau, binatang jalang yang dikubur di Karet Bivak, tetap binatang jalang dan bukan Prabu Jayabaya atawa Nostradamus. Kau tak bisa meramal jadi apa sekarang beribu tulang diliputi debu yang terbaring antara Karawang-Bekasi.

Maka menangislah di Karet Bivak, saudaraku, menangislah sederas-deras tangis di hari peringatan proklamasi republik makelar dan pencoleng ini.Semoga airmatamu dan beribu tulang mereka jadi tangga ke langit, mengintip kemana nyasarnya empat cita-cita kemerdekaan kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline