Apa yang terjadi jika lebih dari 60 hacker dan developer berkumpul dalam satu atap dengan bermodalkan komputer, dua dataset dan dua isu yang harus mereka pecahkan untuk mengatasi masalah isu pembangunan di Indonesia? Hanya dalam waktu 24 jam mereka mampu meracik ledakan inovasi dan ide-ide brilian hasil pengolahan dataset yang mampu menghasilkan puluhan aplikasi yang inovatif. Tapi bukan hanya inovatif, mereka juga memberikan solusi bagi masyarakat luas dan memberikan sudut pandang baru bagi para pembuat kebijakan. Alih-alih mengadakan meeting di coffee shop atau konfrensi besar untuk membahas masalah pembangunan Negara, akhir pekan kemarin (26-27/09/14) para hacker ini yang akan mengatasi isu tersebut dalam waktu 24 jam.
Terdengar berlebihan memang, tapi itulah yang sebenarnya terjadi di “Hackathon Data Challenge: Data for Better Public Service”, acara yang digagas oleh Pulse Lab Jakarta bersama Kementerian Bappenas, Jasa Marga, BPJS dan Bandung Digital Valley yang diselenggarakan pada hari Jumat sampai Sabtu, 26-27 September di Bandung Digital Valley, Jawa Barat. Para hacker dan developer ditantang untuk fokus mencari solusi pada isu kesehatan dan transportasi, yang di mana merupakan masalah krusial di masyarakat Indonesia saat ini.
Dan bukan hanya itu, Pulse Lab Jakarta juga menyelenggarakan seminar dan diskusi tentang ‘Pemanfaatan Data dalam Mendukung Pelayanan Publik’ dengan sederet narasumber yang kompeten, mulai dari instansi pemerintah yang dihadiri oleh Ridwan Kamil selaku Walikota Bandung, Yudistira dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Togar Siagallan selaku Direktur penelitian & pengembangan BPJS, Imron Zuhri dari Mediatrac, Hari Pratama dari Jasa Marga, Adhi Santika dari Public Virtue dan Pulse Lab Jakarta sendiri pada hari Jumat (26/09) di Hotel Amaroosa, Bandung.
“Big Data berarti banyak hal bagi banyak orang. Wawasan mengenai Big Data adalah awal dalam pendayagunaan data untuk perbaikan layanan publik” tutur Pak Oktorialdi Ilham, Direktur Pengembangan Wilayah dari Kementerian Bappenas selaku pemberi kata sambutan, penanda dimulainya seminar ini. Pulse Lab Jakarta juga turut menyumbang suara; Guilio Quaggiotto, manajer Pulse Lab Jakarta menerangkan tentang manajemen bencana dan banjir oleh @FloodTags juga tentang potensi besar data untuk mengambil peran guna pelayanan publik yang lebih baik. Pembicara secara bergantian menerangkan apa yang menjadi konsentrasi institusi mereka masing-masing. Seperti Mediatrac contohnya, perusahaan yang bergerak pada analisis Big Data ini menerangkan bahwa “salah satu tantangan terbesar dalam pemanfaatan Big Data adalah business case yang jelas, your business case determines your infrastructure.” terang Imron Zuhri. Peserta lalu diajak memahami tentang ledakan data pada revolusi informasi digital yang menginspirasi pemerintah provinsi Jawa Barat untuk membuka akses Sistem Informasi Geografis Jawa Barat untuk umum lewat internet.
Setelah seminar usai, saatnya mengkonversi teori menjadi aksi dalam Hackathon Data Challenge di Bandung Digital Valley! Para peserta mulai berdatangan melakukan daftar ulang lalu dengan atusias tinggi segera mengikuti technical briefing dari Pulse Lab Jakarta. Atmosfir kompetisi yang kuat tidak melunturkan para hacker untuk bersosialisasi mencari teman baru. Justru sebaliknya, ajang ini menjadi pertemuan penting bagi para hacker untuk saling bertatap muka mengenal satu sama lain dan membangun koneksi dengan para pelaku industri layanan publik.
Tepat pukul 6 sore pada hari Jumat, ‘Hackathon Data Challenge’ resmi dimulai. Makanan ringan dan kaffein menjadi substansi penting para peserta, tidak sedikit juga yang membawa alat mandi seperti tentara yang tidak lupa membawa senjata untuk berperang. Mayoritas dari mereka adalah mahasiswa dan app developer dari kota Bandung dan Jakarta, bahkan ada peserta yang datang jauh-jauh dari Jogja dan Sulawesi turut bergabung dalam ajang ini. Waktu tak terasa bergulir cepat, jam tengah malam diisi dengan pesta pizza di Bandung Digital Valley. Meskipun kurang tidur mereka tetap gigih didepan komputer, mengolah data, membuat tampilan, berdebat tentang ide untuk aplikasi mereka sambil diiringi canda dan gelak tawa.
Namun perlahan gelak tawa itu mulai hilang ketika matahari sudah mulai terbit di ufuk timur kota Bandung, ketika waktu penjurian semakin dekat dan ketika menit mulai terasa semakin cepat. Peserta mulai mempersiapkan presentasi prototip aplikasi serta ide mereka ke hadapan para juri. Tidak hanya dituntut untuk membangun aplikasi yang berjalan tanpa masalah, peserta juga dituntut untuk mempresentasikan ide mereka secara kreatif dan inovatif; bahkan ada satu tim yang membuat video tentang penggunaan aplikasinya dalam keadaan darurat. 30 aplikasi untuk topik kesehatan dan transportasi berhasil diselesaikan tepat waktu.
Hasil dari para hacker ternyata diluar ekspektasi tim juri. Tidak sedikit juga yang mampu membuat aplikasi utuh serta balutan interface yang menarik. Kreatifitas dalam pengembangan fitur diluar brief yang diberikan juga diperhitungkan tim juri. Seperti pada tim transportasi contohnya; membuat aplikasi yang memungkinkan pengguna jalan memberikan komentar suara yang dapat langsung didengar oleh perusahaan pengelolanya. Ada juga yang memungkinkan pemakai aplikasi mendeteksi kemacetan jalanan yang dituju dalam tiga jam kedepan, sampai mengestimasi biaya Tol yang akan ditempuh pengguna aplikasi. Dalam topik kesehatan juga tidak kalah menarik, fitur aplikasi yang memungkinkan menilai rumah sakit atau penyedia jasa kesehatan secara ‘real-time’, mengetahui biaya yang harus dikeluarkan atas penyakit yang diderita pengguna aplikasi, selain memberikan informasi dimana posisi pelayanan jasa kesehatan terdekat dari pengguna aplikasi yang merupakan ketentuan wajib dalam topik ini.
Setelah persaingan yang ketat, akhirnya tim juri dengan sulit menemukan dua pemenang pada masing-masing topik. Pemenang pada topik Transportasi adalah tim Dynamic Route Guide dan tim Assistoll. Sedangkan tim BapaJasa dan tim Karma menjadi pemenang pada topik Kesehatan. Para pemenang mendapatkan hadiah dari sponsor sebesar Rp 15.000.000 untuk pemenang pertama, sedangkan Rp 7.500.000 untuk pemenang kedua yang juga berkesempatan untuk mengikuti program magang di Pulse Lab Jakarta.
Congratulation to the winners! And for you who did not win, don’t be discouraged because Hacakthon is not about find out who is the number one or two. Hackathon is about celebrating the rise digital revolution; we’ve come together and used technology to transform ideas into reality!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H