Lihat ke Halaman Asli

Boikot Terhadap Perusahaan Akan Berdiri Kembali

Diperbarui: 2 Desember 2023   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perlu kita tahu, pemboikotan yang terjadi saat ini karena produk-produk yang dijual berafiliasi terhadap Israel (Pro-Israel). Masyarakat menyebutnya "Gerakan Boikot sebagai Jihad yang Sah". Gerakan memboikot menjadi bentuk dukungan nyata terhadap para korban Palestina dan menghambat pendapat perusahaan-perusahaan agar Israel berhenti melakukan genosida terhadap Palestina.

Sebelumnya, gerakan memboikot sudah terjadi pada tahun 1949 yang bertujuan mencegah perluasan wilayah Israel. Gerakan memboikot masih berlanjut dilakukan pada tahun 1987-hingga sekarang.

Pemboikotan memiliki dampak buruk terhadap perusahaan yang dapat memaksa pengusaha untuk melakukan pengurangan tenaga kerja atau PHK karena permintaan menurun. Beberapa pengusaha menginginkan Pemerintah untuk mencari solusi agar perusahaan yang berafiliasi terhadap Israel (Pro-Israel) dapat bangkit kembali. Sebagai contoh, kedai kopi (Starbucks), restoran makanan cepat saji (McDonal's), dan Unilever menjadi tiga perusahaan ternama yang kena imbasnya. Ketiga perusahaan ini masuk ke dalam daftar boikot yang tersebar di media sosial, termasuk Indonesia.

Sebagai bukti, kita akan melihat data saham di PT Unilever Indonesia (Unilever) dan PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (Starbuck): 

- Berdasarkan data RTI Business, saham Unilever menurun 1,13% ke level Rp. 3.490 (14/11/2023). Hari ini, sudah terjadi kenaikan 0,25% ke level Rp. 3.779 (02/12/2023).
- Sementara itu, saham Starbucks menurun 2,76% ke level Rp. 1.935 (14/11/2023). Hari ini, terjadi kenaikan 1,57% ke level Rp. 1.945 (02/12/2023).

Nah, dari data tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa turun naiknya harga saham terjadi karena masih adanya kekuatan penawaran dan permintaan (Teori Ekonomi). Beberapa perusahaan yang terkena imbas pemboikotan ini masih bisa berdiri kembali karena konsumen masih bergantung kepada produk-produk tersebut.

Kesimpulan,
Boikot terhadap perusahaan tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut akan mengalami penurunan sementara atau penurunan yang mutlak, karena itu tergantung kepada konsumen itu sendiri atau perusahaan yang berfokus kepada kebutuhan konsumen di saat ini. Perusahaan akan terus menanggapi apa yang menjadi keluhan konsumen dan akan memperbaiki kelemahannya dan berakhir dapat menarik kembali konsumen mulai dari sedikit demi sedikit.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline