Lihat ke Halaman Asli

Haruskah Kita Marah, Kawan?

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lama ini dunia Islam kembali dihebohkan dengan perbuatan yang menistakan agama oleh beberapa orang tak bertanggung jawab. Adalah Innocence Of Muslims, sebuah film yang memuat banyak rekayasa sejarah menganai kehidupan Rasulullah yang kali ini menjadi pemicunya. Bukan sekali-duakali mereka melecehkan Islam melalui media-media seperti ini, dan kita (umat muslim) lagi-lagi menanggapinya dengan respon yang sama. Marah.

Bukankah selama ini sudah tak terhitung jumlahnya film, komik, karikatur, simbol, atau bahkan sekedar pernyataan bernada sinis yang berusaha menjatuhkan Islam? Tidakkah kita belajar dari kejadian-kejadian yang telah lalu, bagaimana seharusnya bersikap atas masalah seperti ini?

Padahal, apalah artinya semua olok-olok itu? Siapa sesungguhnya yang mereka hina? Islam? Rasulullah? Ataukah Allah sendiri? Tak ada. Sejatinya apa yang mereka usahakan selama ini sia-sia belaka. Karna sekalipun langit dan bumi bersekutu untuk menistakan Allah, melecehkan Rasulullah atau menjatuhkan Islam, sesungguhnya izzah dan kemuliaan agama ini tak akan berkurang walau ‘seujung kuku’. Mengapa? Karna Allah sendiri-lah yang menjaga agama ini dan meridhoinya....

Lantas kita harus bagaimana? Apa kita harus diam saja melihat semua perbuatan tak pantas mereka? Apa kita harus pura-pura tidak tau? Berlagak tidak peduli? Tentu saja tidak. Kita tentu saja wajib marah, wajib sakit hati dan tidak terima. Namun ingatlah selalu, bahwa agama yang kita anut ini telah amat sangat sempurna menata segala sisi kehidupan pemeluknya. Islam meletakkan rambu-rambu, aturan dan batasan yang mesti kita perhatikan dalam meluapkan amarah.

Islam menuntun kita untuk menjadi manusia-manusia yang elegan dan terhormat. Mengerti bahwa hidup ini adalah rangkaian hukum sebab-akibat. Memahami bahwa ketika kita hendak melakukan sesuatu, lakukanlah dengan banyak pertimbangan. Membalas olok-olok mereka dengan balik mencela, menulis ‘yang aneh-aneh’ di laman pribadi maupun menulis komentar-komentar yang tidak pantas tentang agama lain sama sekali bukan pilihan. Apalagi melakukan unjuk rasa dan semacamnya yang bisa memicu tindakan anarkis. Bahkan dalam hal ini, telah jatuh beberapa korban jiwa yang salah satunya adalah duta besar AS untuk Libya.

Apakah semua tindakan itu mengembalikan nama baik Islam? nyatanya tidak. Justru peristiwa tersebut seolah membuktikan bahwa Islam memang agama yang keras dan menakutkan, bahkan membuka peluang bagi musuh-musuh kita untuk semakin menyulut api kebencian. Lantas bagaimana seharusnya kita bersikap? Haruskah kita membuat film balasan?

Terkadang, bagi orang-orang yang faham, cara terbaik untuk membalas adalah dengan tidak membalas. Seperti halnya cara terbaik untuk menang adalah dengan bersabar. Karna orang-orang yang sabar tak pernah bisa disakiti. Fisiknya bisa, tapi jiwanya utuh! Sayangnya, hanya sedikit orang yang percaya dengan konsep ini. Kita tidak selalu harus membalas mereka, justru kita sepatutnya merasa iba, kasihan. Karna sejatinya, tanpa sadar mereka telah memperolok diri sendiri, menunjukkan kepada dunia betapa kalah dan frustasinya mereka, karna sampai detik ini... Islam masih berdiri kokoh, melindas segala fitnah dan olok-olok yang mereka tebar seperti melindas debu di jalanan.

jadi, haruskah kita marah, kawan???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline