Lihat ke Halaman Asli

Mengembangkan Budaya Literasi

Diperbarui: 2 Juni 2018   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Budaya literasi di Indonesia belum dianggap sebagai suatu hal yang penting. Minat baca bangsa sangat mengkhawatirkan, padahal dari membaca, kemampuan berbahasa lainnya seperti menulis dan berbicara akan meningkat. Membaca adalah jendela dunia yang membuat manusia dekat dengan karya sastra, buku, karakter bangsa, dan peradaban. 

Literasi Informasi sebagai kemampuan untuk mengetaui kebutuan informasi untuk memecahkan masalah, mengembangkan gagasan, mengajukan pertanyaan penting menggunakan berbagai strategi pengumpulan informasi, menetapkan informasi yang cocok relevan dan otentik secara efektif menggunakan informasi tersebut untuk isu atau masalah yang dihadapi agar masyarakat melek pada sebuah informasi.

Budaya Literasi untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiataan tersebut akan menciptakan karya. Literasi belum mengakar kuat dalam budaya bangsa kita. Masyarakat lebih sering menonton atau mendengar dibandingkan membaca apalagi menulis. Literasi budaya bertujuan untuk mencengah lunturnya budaya lokal akibat imbas dari masuknya budaya global yang sangat kuat. 

Untuk meredam pengaruh-pengaruh budaya global yang kuat diperlukan literasi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal. Generasi muda harus dapat mengembangkan kemampuan diri dalam menghadapi era global, tetapi jangan sampai terbawa arus budaya global yang tidak sesuai dengan budaya sendiri.

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat dunia yang tidak mengenal batas wilayah dan menghubungkan antara masyarakat di suatu negara dengan masyarakat di negara lainnya diseluruh dunia. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga mengalami dampak dari pesatnya pengaruh globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain, globalisasi memberi pengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat indonesia. Secara cepat maupun lambat globalisasi dapat mempengaruhi prinsip dan identitas kebudayaan indonesia. 

Namun sayangnya indonesia saat mengalami krisis literasi, masyarakat indonesia seakan enggan dan tidak perduli betapa pentingnya budaya literasi di tengah derasnya arus globalisasi. Padahal literasi sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat yang berkarakter. Pendidikan memiliki peran sebagai pondasi awal untuk meningkatkan pemahaman dalam membaca maupun menulis dan budaya yang dibiasakan sejak dini untuk membaca dan menulis agar minat dalam membaca dan menulis dapat meningkat.

Di era modern ini, anak muda maupun orang tua sudah kurang membudayakan literasi ditambah lagi dengan teknologi yang semakin berkembang ada sisi positif dan negatifnya. Di satu sisi perkembangan teknologi dapat membantu meningkatkan budaya literasi di Indonesia dengan mudahnya akses berita melalui internet tapi di sisi lain masyarakat menjadi lebih suka hal instan seperti melihat tayangan berita di youtube dan bermain media sosial dengan bahasa kekinian dan menjauhi budi pekerti. 

Karena hal inilah, maka sangat diperlukan aksi nyata masyarakat dan pemerintah untuk menumbuhkembangkan kembali budaya literasi salah satu cara yang mudah dilakukan adalah membuat berita dengan judul dan gambar yang menarik sehingga masyarakat penasaran untuk membacanya. 

Mengembangkan budaya literasi merupakan sebuah tantangan diera globalisasi, bukan hanya bagi pemerintah namun bagi semua masyarakat indonesia dengan adanya kemajuan teknologi informasi seharusnya kita dapat memanfaatkan literasi yang ada untuk saling berbagai informasi untuk mengurangi maraknya berita hoax untuk meningkatkan akan pentingnya membudayakan literasi di era globalisasi. 

Baru-baru ini pemerintah sedang gencar mempromosikan gerakan literasi di setiap sekolahan dan perguruan tinggi. Ada kegiatan khusus yang mengharuskan siswa-siswi sekolah melakukan aktivitas literasi selama 15 menit sebelum masuk kelas. Hal tersebut tentunya patut dijadikan tolak ukur keberhasilan ormas pegiat literasi dalam mempersuasi budaya baca tulis tersebut.

Gerakan budaya literasi juga dapat dilakukan melalui basis masyarakat. Penyelenggaraan taman bacaan masyarakat misalnya. Alangkah indahnya jika pemerintah daerah bisa cekatan menanggapi instruksi pemerintah pusat terkait gerakan literasi tersebut. Mendukung sepenuhnya melalui anggaran jelas sangat membantu, apalagi bisa berperan aktif mengkampanyekan aktivitas sosial tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline