Lihat ke Halaman Asli

Siti Awaliya Yuniarti

Penyuluh Agama Islam

Menakar Etos Kerja Muslim

Diperbarui: 1 September 2022   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bekerja merupakan aktifitas harian yang dilaksanakan semua orang. Sebagai buruh, nelayan, aparatur sipil, pengusaha, pedagang dan masih banyak lagi. Bekerja tidak melulu berarti menghasilkan uang. Ada yang hasilnya berupa jasa dan barang produksi, bahkan kegiatan urusan internal rumah. Jangan dikira seorang ibu rumah tangga tidak bekerja, bahkan kerjanya bisa mencapai 24 jam. Hingga dikatakan bekerjanya istri itu dari bangun tidur sampai tertidurnya suami.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etos kerja artinya semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Maka sudah dimaklumi bersama bahwa setiap perusahaan mempunyai aturan dan disiplin kerja masing-masing. Semuanya mengarah pada kinerja produktif untuk mencapai hasil maksimal. Bahkan tiap negara juga punya iklim kerja yang berbeda-beda. Di masa globalisasi sekarang ini , tuntutan untuk bekerja produktif menjadi suatu yang tak terhindarkan. Manusia harus berpacu dengan mesin dan robot. Lalu seperti apakah kinerja produktif bagi seorang muslim?

Setidaknya ada tiga etos kerja yang harus dimiliki seorang muslim. Tersebut di surah Al Qashshash ayat 77, " Dan, carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akherat, tapi jangan lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah  (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."

Pertama, harus punya tujuan pencapaian kesejahteraan dunia dan akherat. Kandungan ayat di atas memerintahkan umat Islam untuk bekerja tidak hanya untuk urusan dunia saja , tapi juga untuk kehidupan setelahnya yakni alam akherat. Tidak hanya berlelah-lelah mengejar kepentingan jasmaniah, tapi juga harus memikirkan  kehidupan rohaniah dan spiritualnya. Sehingga tidak terjebak untuk menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan.

Kedua, masih pada ayat yang sama dianjurkan untuk berbuat baik kepada orang lain. Sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, maka berpeilaku ma'ruf (baik) pada manusia lain sudah menjadi hal yang lazim. Bersikap santun pada sesama, mau berbagi dengan yang dhu'afa (lemah ekonomi) akan menjadi penyeimbang kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Manusia dicipta mempunyai tugas sebagai "Khalifatullah fil ardh" atau pemimpin di bumi. Maka sepatutnyalah untuk menjaga kelestariannya. Betapa banyak bencana alam bisa terjadi karena ulah insan yang tak mau peduli dengan kondisi alam sekitar.

Dalam Qur'an surah Al Insyiroh ayat 7, Allah telah berfirman,"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." Ayat ini mengandung ajaran agar seorang muslim menjadi produktif. Dengan cara beralih urusan atau pekerjaan, ke  kegiatan lain jika sudah selesai. Maka istirahatnya adalah dengan berpindah aktifitas yang bermanfaat baik untuk urusan dunia maupun akheratnya. Wallohu a'lam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline