"Kullu nafsin maziyyah" bahwa setiap nafs (diri/nyawa) mempunyai kelebihan, maka tidak selayaknya manusia membanggakan diri dan merendahkan orang lain, bahkan dengan makhluk lain. Pergaulan dengan manusia atau makhluk lain akan menjadi nyaman ketika ada perasaan saling menghormati dan menghargai.
Bisa dilihat bagaimana hewan yang hanya punya naluri dan otak bisa menghargai manusia yang telah memeliharanya. Anjing, ayam, burung atau kucing misalnya, mereka akan menurut kepada tuannya yang sudah memberikan perhatian dan kasih sayang kepadanya.
Ingatlah bahwa Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa itu untuk saling mengenal. Tersebut dalam firman-Nya di surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Maka perbedaan itu merupakan sunah yang dicipta Allah / sunnatulloh.
Masing-masing insan memiliki kelebihan dan kekurangan. Jangan merasa sempurna, karena "No Body's perfect" (tak ada orang yang sempurna). Dengan perbedaan dan ketaksempurnaan itulah yang menjadikan manusia saling membutuhkan. Hingga bisa saling mengenal, berkawan dan bermasyarakat.
Jika kita merasa enggan dan malas bersikap hormat pada orang, ingatlah perkataan Imam Syafi'i ini ," Sikap hormat dan menghargai orang lain yang aku lakukan, artinya aku menghormati dan menghargai diriku sendiri". Jadikan sikap hormat kita kepada orang lain sebagai tanda menghormati diri sendiri. Karena setiap perilaku yang disampaikan kepada pihak lain akan kembali ke diri pribadi.
Lihatlah bagaimana seorang yang bertutur kata sopan akan dibalas dengan tutur kata yang santun. Sedangkan yang melontarkan perkataan buruk akan menuai kata dan sikap yang serupa juga. Teori ini tidak selamanya benar, namun secara umum begitulah hukum alam yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H